Presiden Jusuf Kalla
INFILTRASI - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengingatkan dakwah Islam di Indonesia selalu dilakukan dengan cara-cara menggembirakan yang akan berdampak pada kemajuan agama dan bangsa.
"Bangsa Indonesia ini kita kenal semuanya sebagai negara dengan umat muslim terbesar, tapi dalam dakwahnya selalu menyesuaikan dan menggembirakan," kata Wapres dalam pidatonya pada pembukaan Muktamar Pemuda Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, kemarin.
Menurut Kalla, dakwah yang menggembirakan sudah menjadi sejarah bangsa ini. Di Indonesia tidak ada gambar-gambar keislaman yang memakai pedang. Hal itu berbeda dengan di negara Timur Tengah yang memakai gambar pedang.
"Itu menandakan bahwa dakwah mereka berbeda dengan cara kita di negeri ini yang nengutamakan kultural sambil berdakwah, meyakinkan dengan mengembirakannya dan bukan dengan menakutkannya," kata Wapres.
"Itulah ciri khas Islam di Indonesia. Oleh karena itu, kita harus melanjutkan itu, bahwa berdakwah tidak perlu menakutkan tidak perlu didorong dan memaksakan," tambah Wapres.
Pada kesempatan itu Wapres juga mengatakan perbedaan pandangan politik menjelang pemilihan umum 2019 tetap dapat mempersatukan bangsa untuk terus maju. "Mudah-mudahan dalam suasana dakwah, suasana berkemajuan, suasana politik, bangsa ini tetap bersatu."
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyatakan organisasinya akan tetap menjaga jarak dengan dunia politik Indonesia. Muhammadiyah akan tetap bergerak untuk kegiatan dakwah keagamaan.
Pernyataannya itu menjawab desakan mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Amien Rais agar pengurus Muhammadiyah menentukan sikap politik dalam Pilpres 2019.
"Tidak ada yang berubah dari Muhammadiyah dan tidak akan pernah berubah. Muhammadiyah berdiri di atas kepribadian dan khitahnya untuk tetap mengambil jarak dari pergumulan politik praktis," ujar Haedar.
Muhammadiyah akan bersikap sama dalam setiap tahun politik. Menurut dia, hal itu sudah dijalankan masa kepengurusan KH Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah. "Sampai kapan pun, Muhammadiyah berdiri di atas kepribadian dan khitahnya," ujarnya.
(au/ant/inf)