Abdul Kadir Karding, Ketua DPP PKB
JAKARTA - Ketua DPP PKB Abdul Kadir Karding mengatakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma’ruf Amin mencermati tiga daerah yang berdasarkan hasil survei LSI Denny JA menjadi basis kekuatan pasangan calon Prabowo-Sandi, yaitu Riau, Banten, dan Jawa Barat.
Hal itu karena di tiga wilayah tersebut, Partai Gerindra diprediksi menang di Pemilu 2019.
“Data ini memacu kami lebih semangat lagi bekerja untuk pemenangan Jokowi- Kiai Ma’ruf,” kata Karding. Hasil survei LSI Denny JA di 10 provinsi menunjukkan parpol koalisi Jokowi-Amin seperti PDIP menang di lima provinsi, dan Golkar serta PKB di satu provinsi. Partai Gerindra sebagai salah satu parpol pengusung Prabowo-Sandi unggul di tiga provinsi.
Karding mengatakan TKN Jokowi-Amin di tiga daerah itu akan melakukan kampanye lebih strategis, fokus, dan lebih kreatif dari sisi serangan darat ataupun serangan udara. Dia menilai pasangan calon nomor urut 02 relatif lebih unggul di tiga daerah tersebut sehingga pihaknya akan lebih mengintensifkan kampanye.
“Alhamdulillah pada semua survei berdasarkan demografi ataupun berdasarkan partai-partai, Jokowi masih unggul dari Prabowo. Itu artinya Jokowi masih sangat diharapkan masyarakat untuk memimpin Indonesia lagi,” ujarnya.
Namun, dia berharap ada survei yang hasilnya menyeluruh, misalnya berdasarkan kabupaten/kota, sehingga diketahui penyebaran dukungan, popularitas, dan elektabilitas pasangan calon.
Dukungan semu
Pasangan Prabowo-Sandiaga terancam mendapat dukungan semu dari partai politik pengusung mereka alias basa-basi politik saja. Menurut pengamat politik Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam, partaipartai di luar Gerindra sadar mereka tidak akan mendapat coattail effect dari pasangan Prabowo-Sandi dalam pemilu legislatif nanti karena baik Prabowo maupun Sandi berasal dari Gerindra.
“Dengan demikian, partai akan cenderung mengamankan suara mereka di pileg ketimbang harus ikut berkeringat di laga pilpres,” ujar Khoirul.
“Di lapangan, para caleg tidak akan mengambil risiko besar untuk berhadapan dengan basis massa mereka yang cenderung mendukung pasangan Jokowi-Amin.”
Dengan demikian, potensi fenomena split ticket voting atau pembelahan suara untuk pileg dan pilpres akan lebih besar terjadi di kubu Prabowo-Sandi ketimbang di kubu Jokowi-Amin.
“Ini mungkin salah satu hal yang tidak diantisipasi Prabowo dan Partai Gerindra saat dulu menentukan komposisi capres-cawapres,” kata Umam yang juga peneliti Lembaga Survei Indonesia (LSI). Khoirul juga menyebut mesin politik Prabowo-Sandiaga mengalami turbulensi.
Jika tidak diantisipasi, bisa menumbangkan mesin politik pasangan itu. Turbulensi mesin politik Prabowo-Sandi itu disebabkan desain awal penentuan komposisi caprescawapres yang diborong Gerindra.
Akibatnya, PAN, PKS, dan Demokrat merasa tak memiliki irisan kepentingan yang besar dalam mengefektifkan soliditas mesin politik. Dengan kondisi seperti itu, partai cenderung mengamankan suara mereka di pileg ketimbang harus ikut berkeringat di pilpres.
(ant/inf)