Xanana Gusmao
TIMOR LESTE - Koalisi oposisi pimpinan mantan presiden, Xanana Gusmao, memenangi mayoritas kursi di parlemen dalam pemilihan umum yang berlangsung bulan ini.
Kemenangan Aliansi Perubahan untuk Kemajuan (AMP) itu dipastikan melalui putusan pengadilan setelah Partai Fretilin yang dipimpin PM Mari Alkatiri menggugat hasil pemilu lantaran adanya dugaan sejumlah penyimpangan.
Deolindo dos Santos, kepala Pengadilan Banding Timor Leste, mengatakan AMP telah memenangi 49,6% suara. Artinya, Partai CNRT pimpinan Xanana dan dua partai lainnya berhak menduduki 34 dari 65 kursi yang tersedia di parlemen.
Adapun Partai Fretilin meraih 34,2% suara.
Menanggapi hasil tersebut, Fidelis Magalhaes, selaku pejabat dari koalisi AMP, yakin kebuntuan di parlemen akan terpecahkan.
"Timor Leste harus punya pemerintah yang muncul dan berasal dari mayoritas absolut di parlemen," kata Magalhaes kepada kantor berita Reuters.
Dia menolak berkomentar ketika ditanya apakah mantan presiden dan perdana menteri, Xanana Gusmao, akan kembali memangku jabatan perdana menteri setelah AMP dipastikan menang.
Xanana sendiri tidak bisa dihubungi untuk dimintai komentar.
Pemilu kali ini merupakan pemilu kedua di Timor Leste setelah 22 Juli 2017 lalu.
Saat itu koalisi Fretilin-Partai Demokrat yang dipimpin Marie Alkatiri, di luar dugaan menang dengan keunggulan satu kursi dari koalisi pimpinan CNRT yang menampilkan Xanana Gusmao.
Setelah berbagai perundingan politik gagal, pada 26 Januari lalu Presiden Francisco Gueterres yang dikenal dengan julukan LĂș-Olo membubarkan parlemen beranggotakan 65 orang itu dan mengumumkan pemilu dini yang dilaksanakan 12 Mei.
Dalam wawancara dengan wartawan BBC Indonesia, Ging Ginanjar, mantan pejuang kemerdekaan dan pemenang Nobel Perdamaian Jose Ramos Horta mengatakan bahwa selama 2017 hingga 2022 nanti (periode pemerintahan yang seharusnya terbentuk lewat pemilu 2017 lalu yang mengalami kebuntuan), adalah tahun-tahun akhir kehidupan politik aktif generasi dirinya, Xanana, dan Mari Alkatiri di panggung utama.
"Pak Xanana Gusmao sedikit lebih tua dari saya, sementara Marie Alkatiri seumur saya, namun kami semua berasal dari suatu generasi politik yang sama.
"Nah, pada tahun 2022 nanti itu sepatutnya kami meninggalkan sepenuhnya panggung utama politik."
(bbc/in)