Iban Medah dan Marianus Sae
INDOPOST, KUPANG - Tensi politik Pilgub NTT kian hari kian memanas. Pasalnya, hingga saat ini nama-nama kandidat belum benar-benar mengerucut. Tak pelak, manuver-manuver sejumlah kandidat untuk menggalang dukungan seperti menggunting dalam lipatan. Ada yang sudah mantap dengan partainya, ada pula yang masih mengharapkan datangnya dewi fortuna. Demikian pula hal ini terjadi pada dua figur yang digadang-gadang maju sebagai kandidat gubernur NTT, yaitu mantan Ketua DPD Partai Golkar NTT, Ibrahim Agustinus Medah dan Bupati Ngada, Marianus Sae.
Ibarat telur di ujung tanduk, posisi Ibrahim Medah dan Marianus Sae dalam persaingan menuju NTT 1 hingga saat ini belum membuahkan hasil positif. Keduanya belum mendapat pintu untuk bertarung Pilgub NTT 2018. Bahkan Partai Hanura yang sejak awal digembar-gemborkan bakal mengusung Medah akhirnya harus menyerah dan memutuskan berkoalisi dengan Demokrat yang mengusung Benny K. Harman-Benny Litelnoni. Maka, secara otomatis peluang Iban Medah semakin kecil, harapanpun tinggal selaput.
Demikian pula, hal ini terjadi pada figur Marianus Sae yang semula bakal diusung PKB. Namun, PKB justru berbalik arah dan dikabarkan akan berkoalisi dengan PDIP yang akan mengusung Kristo Blasin-Noviyanto Umbu Lende atau Daniel Tagu Dedo-Anton Doni Dihen.
Hanya saja, seperti dilansir Timor Express, Jumat, (27/10/2017), peluang Iban dan Marianus dikatakan belum benar-benar tertutup karena bisa saja empat Parpol yang belum menentukan koalisi, PDIP, PKB, PKPI dan PKS memberikan dukungan. Namun, secara politik rasanya cukup berat karena PDIP akan memprioritaskan kadernya. Demikian halnya dengan PKB yang juga mengutamakan kadernya. Dua kader PKB, Noviyanto Umbu Lende dan Anton Doni siap dipasangkan dengan Cagub dari PDIP.
Menurut sumber TIMEX yang dikutip The Indonesian Post, Iban Medah sebenarnya berpeluang dari Partai Hanura. Apalagi sejak awal pindah dari Golkar, Iban seperti sudah mendapat garansi. Santer saat itu Iban hendak disandingkan dengan Lusia Adinda Lebu Raya. Iban bahkan diundang khusus bertemu dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri saat kunjungan di Kupang, 26 Agustus 2017 lalu.
Namun, pasca pertemuan di Sotis Hotel yang juga dihadiri Ketua DPD PDIP NTT Frans Lebu Raya, Ketua DPD Hanura Jimmi Sianto dan anggota DPR RI dari PDIP Herman Heri, tidak ada follow up. Agenda pertemuan lanjutan di tingkat DPP dua Parpol pendukung pemerintah ini tidak terwujud. Hingga akhirnya Hanura banting stir berkoalisi dengan Demokrat.
(mb/indo)