Presiden Joko Widodo
INDOPOST, BANTEN – Teriakan-teriakan terdengar riuh usai Presiden Joko Widodo menyampaikan pidatonya saat pemasangan tiang pancang atau groundbreaking Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Desa Terate, Kabupaten Serang, Banten, Kamis 5 Oktober 2017.
Teriakan itu berawal, seperti biasa, usai memaparkan beberapa hal mengenai infrastruktur listrik, Presiden Jokowi meminta dua orang maju.
Dua orang yang diminta maju Presiden Jokowi adalah yang lulusan SMA/SMK dan lulusan sarjana. Lulusan SMK bernama David Oktarizal, sedangkan lulusan sarjana yang maju bernama Amriatil Nisa.
Seperti biasa, Presiden Jokowi mengajak berdialog. Yang pertama dengan David. Jokowi bertanya sudah berapa lama bekerja, dan David menjawab tujuh tahun. Saat ditanya jarak rumahnya dengan lokasi, David menyebutkan 7 kilometer.
Saat itu, para warga setempat langsung bereaksi dan meneriakkan, huuuu. Tak ayal, situasi menjadi ramai dan riuh. Terlihat, ada kekecewaan warga karena menganggap David itu bukan warga sekitar.
Presiden Jokowi mencoba meredam keriuhan itu. Kepala Negara mengatakan, apakah jarak 5 kilometer atau 20 kilometer sekalipun, tetap merupakan warga lokal. Namun, suasana tak mereda.
"Sebentar, saya mau tanya dulu. Kalau mau protes nanti dulu," kata Jokowi menenangkan situasi. Suasana kembali tenang.
Jokowi melanjutkan mencecar dengan pertanyaan masalah gaji. David menyebut, mendapat gaji Rp4 juta. Menurut Presiden, itu sudah sangat besar. Namun mendengar jawaban yang kurang meyakinkan, Jokowi kembali bertanya apakah benar gajinya Rp4 juta.
David menjawab tidak konsisten, lebih kurang (Rp4 juta). "Kurang lebih, kok kurangnya berapa lebihnya berapa," timpal Jokowi. Mendengar jawaban itu, para warga yang sudah ‘mencemooh’ kembali melakukan hal serupa.
Giliran Amrital Nisa atau Nisa, yang ditanya. Ia adalah sarjana lulusan teknik mesin. Jokowi kembali bertanya, dari mana asal Nisa. Dia menyebut dari Salira, yang jaraknya sekitar 5 kilometer dari lokasi PLTU yang diresmikan Jokowi.
"Jadi saya adalah penduduk pribumi yang mendapat kesempatan..." katanya, namun belum selesai, karena langsung diteriaki oleh warga yang ikut. Keriuhan kembali terjadi, bahkan ada nada protes dari sejumlah warga yang membuat suasana menjadi ramai.
Presiden Jokowi kembali menenangkan. Ia menyebut, sebenarnya tidak menjadi masalah mau berasal dari mana saja. Orang Papua, kata Presiden, bisa bekerja di Banten, begitu juga sebaliknya.
Masyarakat terkesan tak peduli. Hingga Jokowi mencoba mengambil hati para warga sekitar ini.
"Saya minta ini kepada PLN, kepada perusahaan-perusahaan mitra agar lebih banyak mempekerjakan karyawan yang dari sekitar pabrik, sekitar lokasi," kata Jokowi.
Imbauan Jokowi itu, membuat warga yang awalnya tadi ‘mencemooh’ akhirnya bernapas lega dan menyambut baik dengan bertepuk tangan.
"Senang banget masyarakat kan. Setuju enggak?" lanjut Jokowi, disambut ucapan 'setuju' dari para warga.
Turut mendampingi Presiden Jokowi, Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri ESDM Ignasius Jonan, dan Dirut PT PLN Sofyan Basir.
(viva/indo)