# Group 1 User-agent: Googlebot Disallow: /nogooglebot/ # Group 2 User-agent: * Allow: / Sitemap: https://www.infiltrasi.com/sitemap.xml
Latest News
Wednesday, November 30, 2016

Siapa Jamin Demo 2 Desember Tidak Rusuh?

Aksi Bela Islam Jilid III (Aksi 212) Digelar 2 Desember di Monas - (Foto/Ist)



Doa bersama atau aksi super damai adalah kosakata yang terakhir diperkenalkan ke publik seiring mendekatnya ke waktu pelaksanannya, yakni Jumat, 2 Desember 2016, yang dianalogikan sebagai 212. Betapapun, tidak ada jaminan atau penjamin, demo 2 Desember 2016 (212), doa bersama atau aksi super damai itu bakal rusuh atau damai. Terbukti, demo 4 November 2016 (411) dijamin damai, toh berakhir rusuh. Sekarang, siapa yang berani menjamin, bahwa demo 212 dalam kemasan doa bersama atau aksi super damai tersebut benar-benar bakal damai?

Penjamin mestinya bukan hanya ngomong. Tapi pasang badan. Seperti halnya penjamin kredit bank. Bentuknya personal guarantee. Jika rusuh (aksi berlangsung dari pkl 08.00 WIB hingga 13.00 WIB) maka sang penjamin langsung dibui. Hanya pemberani jadi penjamin. Berani dan kapabel. Punya kemampuan mengendalikan massa. Punya nyali bertanggung-jawab. Sebab, kebebasan melekat tanggung-jawab. Kebebasan absoulute, kebebasan tanpa batas, adalah liar.

Analoginya begini

Cowok mengajak hang-out kekasihnya. Ortu gadis melepas, karena personal guarantee. Dijamin aman. Si cewek tidak boleh lecet sedikit pun. Seandainya, di jalan gadis diciderai sekelompok pemuda, pasti cowok pasang badan. Membela. Sampai titik darah penghabisan. Bayangkan, seandainya si cewek di jalan diperkosa orang. Lantas, cowok ngomong begini: “Bukan salah saya, Pak… Sekelompok penjahat memperkosa dia. Bukan saya, bukan teman saya. Tapi ada yang menunggangi.”

Atau cowok mengatakan begini: “Mestinya polisi bertanggung-jawab, dong. Polisi dibayar negara, dibayar uang rakyat, termasuk uang saya

Logis-kah si cowok berkata begitu?

Jadi… rusuh di demo 411 lalu, para koordinator demo dilarang mengatakan: “Pelakunya bukan kelompok kami. Bukan orang kami. Itu penjahat. Polisi harus bertanggung-jawab...”
Apalagi, ada yang bilang, aksi 212 ini berpotensi jauh lebih besar dari demo 411. Tentu dari segi jumlah peserta, disebut-sebut bisa lebih dari 200.000-an orang, terutama umat islam, elemen pendukung Gerakan Nasional Penegak Fatwa MUI (GNFMUI).

Kecenderungan jumlah massa peserta yang meningkat sekaligus meninggikan eskalasi atau suhu politik, walau aparat berwenang kemudian menambahkan frasa "super" di depan damai sehingga jadilah aksi 212 ini disebut doa bersama super damai.
Seandainya rusuh lagi? Orang lalu mengatakan (lagi): “Ya… tanggung-jawab polisi-lah, atau aparat keamananlah….”
 
Nah… legislatif perumus undang-undang sebaiknya menganalisis logika ini. Para koordinator demo harusnya personal guarantee. Mereka mendaftar rencana demo ke kantor polisi. Jika rusuh (di sudut kota sekali pun, melewati pkl 13.00 WIB di hari tersebut), koordinator langsung-seketika ditangkap. Dibui.

Apakah undang-undang begitu membelenggu demokrasi? Bukankah demokrasi melekat tanggung-jawab? Atau, mungkin-kah kita memilih kebebasan absolut? Padahal, tidak ada kebebasan absolut. Di dunia dan akhirat. Dengan pasal begitu, koordinator benar-benar gagah. Mengerahkan anak-buah mengamankan seluruh kota. Tak satu pun lemparan (meski dengan botol plastic sekali pun) ke polisi. Apalagi, sampai ada toko dijarah. Pelakunya harus ditumpas oleh koordinator CS. Bukan oleh polisi.

Sebab, perilaku massa di Indonesia ini spesifik. Beda dengan di negara-negara demokrasi lain. Jangan bandingkan dengan negara-negara Barat. Jauh… Dibandingkan Malaysia pun, ketertiban sosial kita kalah telak. Demo-demo disana tidak diikuti penjarahan. Di Bangladesh (negara lebih miskin banding Indonesia) terjadi demo hebat, Sabtu, 26 November 2016 kemarin . Dua juta massa demo, memprotes represif militer Myanmar terhadap Rohingya. Tapi, tak satu pun toko dijarah.

Maka, bukan soal warga miskin, sehingga menjarah. Melainkan, Indonesia memang spesifik. Mungkin, Soeharto (Presiden RI kedua) paham tipologi kita. Tidak ada demo di zaman dia. Jangankan demo. Baru berencana demo, sudah ditamatkan. Ini bukan bandingan equal. Orde Baru otoriter, kini demokratis. Kita juga tidak ingin mundur ke era dulu. Kendati, pendemo yang kini berusia 30 tahun ke bawah, dipersilakan menengok sejarah kita.
Soeharto Bilang: “Tak Gebuk…”. 


(prj/indo)
  • Facebook Comments
Item Reviewed: Siapa Jamin Demo 2 Desember Tidak Rusuh? Rating: 5 Reviewed By: Infiltrasi