Nama mendiang bekas Presiden Israel, Shimon Peres, akan jadi nama baru
reaktor nuklir Israel menggantikan nama reaktor nuklir Dimona di Israel
selatan. Foto/REUTERS
INDOPOST, TEL AVIV - Nama mantan Presiden
Israel; Shimon Peres, akan dinobatkan sebagai nama baru untuk reaktor
nuklir Israel. Peres akan menggantikan nama reaktor nuklir Dimona,
karena jasanya yang membuat Israel sebagai negara dengan kekuatan
nuklir.
Hal itu diumumkan Perdana Menteri Israel; Benjamin Netanyahu, pada hari Minggu. Sebelum ini, Israel selalu bungkam soal program senjata nuklir yang dimilikinya, terlebih Israel bukan negara penandatangan Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.
Meski memiliki program nuklir, Israel juga tidak terkena sanksi layaknya Iran dan Korea Utara. Reaktor nuklir Dimona diketahui berada di Israel selatan.
“Saya berniat untuk mengubah nama Negev Nuclear Research Center di Dimona setelah Shimon Peres,” kata Netanyahu pada rapat kabinet mingguan.
”Dia sangat aktif dalam membangun proyek penting ini untuk keamanan Israel selama beberapa generasi, dan saya berpikir bahwa itu tepat dan benar untuk nama senyawa (itu pantas) setelah dia,” ujar Netanyahu, seperti dikutip dari Times of Israel, Senin (10/10/2016).
Pengumuman Netanyahu muncul setelah hampir dua minggu kematian Peres. Ketika masih masih berusia 30-an tahun, pada tahun 1950, Peres memainkan bagian penting dalam mengejar Israel dari kemampuan nuklir atas desakan dari perdana menteri pertama Israel, David Ben-Gurion.
Dia mencapai kesepakatan rahasia dengan Prancis yang menyebabkan pembangunan reaktor nuklir di Dimona sekitar tahun 1962.
Israel sekarang dianggap sebagai satu-satunya negara dengan kekuatan senjata nuklir di Timur Tengah, meskipun negara ini tidak pernah bersedia mengkonfirmasi.
Sebuah bocoran e-mail mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Colin Powell, juga pernah menyebut Israel memiliki sekitar 200 senjata nuklir. Tapi AS memilih bungkam.
Hal itu diumumkan Perdana Menteri Israel; Benjamin Netanyahu, pada hari Minggu. Sebelum ini, Israel selalu bungkam soal program senjata nuklir yang dimilikinya, terlebih Israel bukan negara penandatangan Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.
Meski memiliki program nuklir, Israel juga tidak terkena sanksi layaknya Iran dan Korea Utara. Reaktor nuklir Dimona diketahui berada di Israel selatan.
“Saya berniat untuk mengubah nama Negev Nuclear Research Center di Dimona setelah Shimon Peres,” kata Netanyahu pada rapat kabinet mingguan.
”Dia sangat aktif dalam membangun proyek penting ini untuk keamanan Israel selama beberapa generasi, dan saya berpikir bahwa itu tepat dan benar untuk nama senyawa (itu pantas) setelah dia,” ujar Netanyahu, seperti dikutip dari Times of Israel, Senin (10/10/2016).
Pengumuman Netanyahu muncul setelah hampir dua minggu kematian Peres. Ketika masih masih berusia 30-an tahun, pada tahun 1950, Peres memainkan bagian penting dalam mengejar Israel dari kemampuan nuklir atas desakan dari perdana menteri pertama Israel, David Ben-Gurion.
Dia mencapai kesepakatan rahasia dengan Prancis yang menyebabkan pembangunan reaktor nuklir di Dimona sekitar tahun 1962.
Israel sekarang dianggap sebagai satu-satunya negara dengan kekuatan senjata nuklir di Timur Tengah, meskipun negara ini tidak pernah bersedia mengkonfirmasi.
Sebuah bocoran e-mail mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Colin Powell, juga pernah menyebut Israel memiliki sekitar 200 senjata nuklir. Tapi AS memilih bungkam.
(mas/indo)