Presiden Rusia, Vladimir
Putin
INDOPOST, MOSKOW - Presiden Rusia, Vladimir
Putin menuduh Prancis sengaja menjebak Moskow untuk memveto resolusi PBB
tentang Suriah. Ia pun menyebut Prancis sesungguhnya melemparkan
tawaran resolusi dari Amerika Serikat (AS).
Rusia pekan lalu memveto resolusi Prancis yang mengutuk kekerasan di kota Suriah Aleppo, dengan mengatakan dokumen tersebut gagal memperhitungkan proposal yang diajukan Rusia. Barat pun mengatakan veto menunjukkan Rusia tidak menginginkan penghentian kekerasan.
"Seharusnya bukan mitra kami yang tersinggung dengan veto kami, tetapi kami yang seharusnya tersinggung," kata Putin ketika ditanya tentang Prancis selama sesi tanya jawab di sebuah forum bisnis di Moskow.
Ia mengatakan Menteri Luar Negeri Perancis, Jean-Marc Ayrault, telah mengangkat isu ini ketika mengunjungi Moskow pekan lalu. Ayrault diberitahu mengenai isi resolusi tersebut yang terlalu banyak menyalahkan kekerasan di Aleppo kepada pasukan pemerintah. Tetapi, Moskow tidak akan menggunakan hak vetonya jika Perancis membuat beberapa perubahan.
"Kami harap bisa bekerjasama, bekerja konstruktif dengan Perancis dan dengan anggota tetap lain dari Dewan Keamanan. Tapi apa yang terjadi?," kata Putin seperti dikutip dari Reuters, Kamis (13/10/2016).
"Menteri luar negeri Prancis terbang dari Moskow ke Washington, hari berikutnya ia keluar dengan (Menteri Luar Negeri AS John) Kerry, menuduh Rusia segala dosa yang mematikan, tidak ada yang berbicara kepada kita atau dibahas apa-apa dengan kami, dan melemparkan resolusi ke Dewan Keamanan jelas mengharapkan veto kami," katanya lagi.
"Untuk apa? Mengetahui posisi kami, dan tidak mendiskusikannya dengan kami, mereka tidak melemparnya dalam resolusi sehingga akan berlalu. Tapi untuk mendapatkan hak veto. Untuk apa? Untuk memperburuk situasi dan untuk menyiapkan histeria anti-Rusia di media yang ada di bawah kendali mereka, dan untuk menipu warga negara mereka sendiri," sambung Putin
"Saya tidak tahu apakah itu sesuai dengan kepentingan negara-negara Eropa atau tidak. Tapi apakah hanya untuk kepentingan ini pelayanan kebijakan luar negeri, atau mungkin bahkan kepentingan politik dalam negeri, dari sekutu mereka dalam hal ini AS? Saya tidak tahu. Apakah itu benar-benar peran negara yang serius bercita-cita untuk melakukan kebijakan independen dan disebuh negara besar. Saya tidak tahu," kata Putin.
Rusia pekan lalu memveto resolusi Prancis yang mengutuk kekerasan di kota Suriah Aleppo, dengan mengatakan dokumen tersebut gagal memperhitungkan proposal yang diajukan Rusia. Barat pun mengatakan veto menunjukkan Rusia tidak menginginkan penghentian kekerasan.
"Seharusnya bukan mitra kami yang tersinggung dengan veto kami, tetapi kami yang seharusnya tersinggung," kata Putin ketika ditanya tentang Prancis selama sesi tanya jawab di sebuah forum bisnis di Moskow.
Ia mengatakan Menteri Luar Negeri Perancis, Jean-Marc Ayrault, telah mengangkat isu ini ketika mengunjungi Moskow pekan lalu. Ayrault diberitahu mengenai isi resolusi tersebut yang terlalu banyak menyalahkan kekerasan di Aleppo kepada pasukan pemerintah. Tetapi, Moskow tidak akan menggunakan hak vetonya jika Perancis membuat beberapa perubahan.
"Kami harap bisa bekerjasama, bekerja konstruktif dengan Perancis dan dengan anggota tetap lain dari Dewan Keamanan. Tapi apa yang terjadi?," kata Putin seperti dikutip dari Reuters, Kamis (13/10/2016).
"Menteri luar negeri Prancis terbang dari Moskow ke Washington, hari berikutnya ia keluar dengan (Menteri Luar Negeri AS John) Kerry, menuduh Rusia segala dosa yang mematikan, tidak ada yang berbicara kepada kita atau dibahas apa-apa dengan kami, dan melemparkan resolusi ke Dewan Keamanan jelas mengharapkan veto kami," katanya lagi.
"Untuk apa? Mengetahui posisi kami, dan tidak mendiskusikannya dengan kami, mereka tidak melemparnya dalam resolusi sehingga akan berlalu. Tapi untuk mendapatkan hak veto. Untuk apa? Untuk memperburuk situasi dan untuk menyiapkan histeria anti-Rusia di media yang ada di bawah kendali mereka, dan untuk menipu warga negara mereka sendiri," sambung Putin
"Saya tidak tahu apakah itu sesuai dengan kepentingan negara-negara Eropa atau tidak. Tapi apakah hanya untuk kepentingan ini pelayanan kebijakan luar negeri, atau mungkin bahkan kepentingan politik dalam negeri, dari sekutu mereka dalam hal ini AS? Saya tidak tahu. Apakah itu benar-benar peran negara yang serius bercita-cita untuk melakukan kebijakan independen dan disebuh negara besar. Saya tidak tahu," kata Putin.
(ian/indo)