Calon Presiden AS dari Partai Republik Donald Trump (kiri) dan rivalnya dari Partai Demokrat Hillary Clinton. | (Reuters).
INDOPOST, JAKARTA - Jeffrey A. Winters,
pengamat dari Northwestern University, Amerika Serikat (AS) mengatakan,
calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump, keok atau kalah jika
Pemilu Presiden (Pilpres) AS digelar hari ini. Sebaliknya, rival Trump
yakni Hillary Clinton akan menang telak.
Pilpres AS hanya tinggal dua bulan lagi. Baik Trump maupun Hillary sudah gencar berkampanye.
Berbicara saat memaparkan proses Pemilu AS di Pusat Kebudayaan AS di Jakarta, Jefrey mengatakan, situasi saat ini masih sangat cair. Di mana dalam beberapa jajak pendapat diketahui Trump berhasil mendekati Hillary.
Tapi, kata dia, setiap polling sebelumnya, tidak ada satupun yang menunjukan bahwa Trump mengalahkan Hillary.
"Walaupun saat ini masih dinamis di beberapa negara bagian di AS, namun beberapa pakar memprediksi bahwa (Hillary) Clinton-lah yang akan menang," ucap Jefrey pada Selasa (6/9/2016).
Menurutnya, dari sejumlah jajak pendapat dan dari data basis pendukung kedua calon presiden itu, Hillary masih unggul jauh atas Trump.
"Kesempatan Hillary untuk memenangkan Pemilu adalah 71 persen, sedangkan Trump sekitar 29 persen. Sulit bagi Trump untuk untuk menang melawan Hillary," katanya.
Pemenang Pemilu AS sendiri akan ditentukan oleh jumlah suara dari Electoral College, yang berjumlah 538 suara. Eletoral College adalah gabungan dari Senat dan Parlemen AS, ditambah tiga suara dari Washington, atau dengan kata lain ada perwakilan setiap negara bagian di AS.
Siapapun yang bisa mendapatkan minimal 270 suara, maka dipastikan dia akan menjadi Presiden AS berikutnya. Pada Pemilu lalu, Barack Obama sukses mendapatkan 320 suara, dan dalam Pemilu kali ini, Hillary digadang-gadang akan mendapatkan lebih dari 320 suara dukungan.
Pilpres AS hanya tinggal dua bulan lagi. Baik Trump maupun Hillary sudah gencar berkampanye.
Berbicara saat memaparkan proses Pemilu AS di Pusat Kebudayaan AS di Jakarta, Jefrey mengatakan, situasi saat ini masih sangat cair. Di mana dalam beberapa jajak pendapat diketahui Trump berhasil mendekati Hillary.
Tapi, kata dia, setiap polling sebelumnya, tidak ada satupun yang menunjukan bahwa Trump mengalahkan Hillary.
"Walaupun saat ini masih dinamis di beberapa negara bagian di AS, namun beberapa pakar memprediksi bahwa (Hillary) Clinton-lah yang akan menang," ucap Jefrey pada Selasa (6/9/2016).
Menurutnya, dari sejumlah jajak pendapat dan dari data basis pendukung kedua calon presiden itu, Hillary masih unggul jauh atas Trump.
"Kesempatan Hillary untuk memenangkan Pemilu adalah 71 persen, sedangkan Trump sekitar 29 persen. Sulit bagi Trump untuk untuk menang melawan Hillary," katanya.
Pemenang Pemilu AS sendiri akan ditentukan oleh jumlah suara dari Electoral College, yang berjumlah 538 suara. Eletoral College adalah gabungan dari Senat dan Parlemen AS, ditambah tiga suara dari Washington, atau dengan kata lain ada perwakilan setiap negara bagian di AS.
Siapapun yang bisa mendapatkan minimal 270 suara, maka dipastikan dia akan menjadi Presiden AS berikutnya. Pada Pemilu lalu, Barack Obama sukses mendapatkan 320 suara, dan dalam Pemilu kali ini, Hillary digadang-gadang akan mendapatkan lebih dari 320 suara dukungan.
(mas/indo)