Kawasan Laut China Selatan yang disengketan China dengan sejumlah negara ASEAN. | (Reuters)
INDOPOST, JAKARTA - Putusan Pengadilan
Arbitrase soal Laut China Selatan (LCS) akan membuat Amerika Serikat
(AS) semakin agresif menyuarakan kebebasan navigasi di kawasan itu.
Demikian disampaikan pengamat hukum internasional dari Universitas
Hofstra, Julian Ku.
Sebelum putusan pengadilan yang berbasis di Den Haag, Belanda itu keluar, AS sejatinya sudah menyuarakan kebebasan bernavigasi di Laut China Selatan, yang diikuti patroli. Tindakan AS tela membuat China marah dan menuduh AS mencoba untuk memancing konflik yang lebih dalam di Laut China Selatan.
Dengan adanya putusan Pengadilan Arbitrase, lanjut Julian, AS kemungkinan akan gencar meluncurkan kampanye menyuarakan kebebasan bernavigasi di Laut China Selatan.
"AS mungkin saja akan meluncurkan kampanye yang lebih agresif mengenai kebebasan bernavigasi di kawasan tersebut, yang sejalan dengan keputusan Pengadilan Arbitrase," ucap Julian pada Selasa (6/9/2016).
Dia menambahkan, AS mungkin akan secara personal mengajak sejumlah negara, beberapa di antaranya adalah Australia, Jepang dan Prancis untuk melakukan patroli di Laut China Selatan sebagai bagian dari kampanye kebebasan bernavigasi. Sejauh ini, Jepang adalah negara yang paling berminat melakukan patroli.
Jika Jepang benar-benar melakukan patroli, kemungkinan terburuk yang akan terjadi adalah adanya konfrontasi langsung di kawasan tersebut.
Sebelum putusan pengadilan yang berbasis di Den Haag, Belanda itu keluar, AS sejatinya sudah menyuarakan kebebasan bernavigasi di Laut China Selatan, yang diikuti patroli. Tindakan AS tela membuat China marah dan menuduh AS mencoba untuk memancing konflik yang lebih dalam di Laut China Selatan.
Dengan adanya putusan Pengadilan Arbitrase, lanjut Julian, AS kemungkinan akan gencar meluncurkan kampanye menyuarakan kebebasan bernavigasi di Laut China Selatan.
"AS mungkin saja akan meluncurkan kampanye yang lebih agresif mengenai kebebasan bernavigasi di kawasan tersebut, yang sejalan dengan keputusan Pengadilan Arbitrase," ucap Julian pada Selasa (6/9/2016).
Dia menambahkan, AS mungkin akan secara personal mengajak sejumlah negara, beberapa di antaranya adalah Australia, Jepang dan Prancis untuk melakukan patroli di Laut China Selatan sebagai bagian dari kampanye kebebasan bernavigasi. Sejauh ini, Jepang adalah negara yang paling berminat melakukan patroli.
Jika Jepang benar-benar melakukan patroli, kemungkinan terburuk yang akan terjadi adalah adanya konfrontasi langsung di kawasan tersebut.
(mas/indo)