Presiden Ukraina, Petro Poroshenko. | (Reuters)
INDOPOST, KIEV - Presiden Ukraina Petro
Poroshenko menuduh Rusia mempersiapkan invasi besar-besaran terhadap
Ukraina. Menurutnya, Eropa tak berdaya melawan agresi dari Kremlin.
Tuduhan Petro Poroshenko itu muncul dalam rapat parlemen Ukraina pada Selasa (6/9/2016). Presiden Ukraina itu memperingatkan bahwa Eropa sedang diuji oleh krisis imigran dan serangan teroris.
Dia menilai para pemimpin Eropa lebih bersedia berkompromi dengan Rusia. “Ukraina akan terus membutuhkan dukungan internasional yang kuat dalam memerangi agresi Rusia,” kata Poroshenko.
”Tapi mengamankan dukungan ini menjadi semakin sulit bagi para diplomat kami, karena faktor objektif dan subjektif yang berbeda,” katanya lagi, seperti dikutip Daily Mail.
Pemimpin Ukraina ini khawatir akan kehilangan dukungan di tengah kebuntuan dengan Rusia terkait aneksasi Crimea pada tahun 2014.
Menurut Poroshenko, negaranya saat ini lebih aman daripada tahun lalu. Tapi, kata dia, invasi skala penuh dari Rusia tidak bisa dikesampingkan.
“Selama tahun berikutnya, kekuatan politik bisa datang pada kekuasaan sebagai hasil dari Pemilu di beberapa negara Eropa yang mungkin tidak ekstremis, tetapi cenderung berkompromi dengan Kremlin,” ujarnya.
”Eropa masih berbicara dengan satu suara, tetapi ada juga negara-negara di mana aksen Rusia sudah terlalu didengar,” imbuh Poroshenko mengkhawatirkan adanya negara-negara Eropa yang berkompromi dengan Rusia.
Tuduhan Petro Poroshenko itu muncul dalam rapat parlemen Ukraina pada Selasa (6/9/2016). Presiden Ukraina itu memperingatkan bahwa Eropa sedang diuji oleh krisis imigran dan serangan teroris.
Dia menilai para pemimpin Eropa lebih bersedia berkompromi dengan Rusia. “Ukraina akan terus membutuhkan dukungan internasional yang kuat dalam memerangi agresi Rusia,” kata Poroshenko.
”Tapi mengamankan dukungan ini menjadi semakin sulit bagi para diplomat kami, karena faktor objektif dan subjektif yang berbeda,” katanya lagi, seperti dikutip Daily Mail.
Pemimpin Ukraina ini khawatir akan kehilangan dukungan di tengah kebuntuan dengan Rusia terkait aneksasi Crimea pada tahun 2014.
Menurut Poroshenko, negaranya saat ini lebih aman daripada tahun lalu. Tapi, kata dia, invasi skala penuh dari Rusia tidak bisa dikesampingkan.
“Selama tahun berikutnya, kekuatan politik bisa datang pada kekuasaan sebagai hasil dari Pemilu di beberapa negara Eropa yang mungkin tidak ekstremis, tetapi cenderung berkompromi dengan Kremlin,” ujarnya.
”Eropa masih berbicara dengan satu suara, tetapi ada juga negara-negara di mana aksen Rusia sudah terlalu didengar,” imbuh Poroshenko mengkhawatirkan adanya negara-negara Eropa yang berkompromi dengan Rusia.
(mas/indo)