YANGON - Kelompok etnis bersenjata Myanmar menegaskan tidak akan berdiam diri dan tidak melakukan apa-apa jika pasukan junta militer terus membunuh pengunjuk rasa. Setidaknya 16 demonstran tewas oleh pasukan keamanan di seluruh Myanmar, kemarin.
"Hari Angkatan Bersenjata Myanmar bukanlah hari angkatan bersenjata, ini lebih seperti hari mereka membunuh orang," kata J Yawd Serk, ketua Dewan Pemulihan Negara Bagian Shan/Tentara Negara Bagian Shan - Selatan (RCSS).
"Ini bukan untuk perlindungan demokrasi juga, tapi bagaimana mereka merusak demokrasi," sambungnya, seperti dilansir Channel News Asia pada Minggu (28/3/2021).
Serk menegaskan, jika junta terus menembaki pengunjuk rasa dan menindas orang, dia berpikir bukan hanya kelompoknya, tapi semua kelompok etnis tidak akan hanya berdiri dan tidak melakukan apa-apa.
Dia kemudian mengatakan bahwa seluruh kelompok etnis di Myanmar saat ini harus bergandengan tangan dan bersama-sama melawan keganasan junta militer.
"Kelompok etnis bersenjata sekarang memiliki musuh yang sama dan kami perlu bergandengan tangan dan melukai mereka yang menyakiti rakyat. Kami perlu bergabung bersama," ujarnya.
RCSS, yang beroperasi di dekat perbatasan Thailand, adalah salah satu dari beberapa kelompok etnis bersenjata yang mengecam kudeta tersebut dan berjanji untuk berdiri bersama para pengunjuk rasa. Dua lusin atau lebih faksi etnis bersenjata menguasai sebagian besar negara itu.
0 Reviews:
Post a Comment