KABUL - Pemerintah Afghanistan memperingatkan Amerika Serikat (AS) dan NATO untuk secara sembarangan menarik pasukan tanpa kesepakatan damai. Kabul menyebut, hal ini akan menimbulkan kekacauan dan memperburuk situasi di Afghanistan.
Berbicara tidak lama setelah Taliban memperingatkan AS agar tidak memperpanjang kehadiran militer melebihi batas waktu 1 Mei sejalan dengan Perjanjian Doha, penasihat Keamanan Nasional Afghanistan, Hamdullah Muhib mengatakan penarikan pasukan asing secara terburu-buru menimbulkan risiko untuk kembali menarik negara itu ke perang saudara.
"Jika Taliban mengharapkan kekacauan di negara ini, amit-amit, dan untuk merebut kekuasaan, mereka keliru. Tidak ada yang ingin Taliban kembali berkuasa," kata Muhib, seperti dilansir Anadolu Agency pada Minggu (28/3/2021).
Pernyataannya juga mengikuti laporan New York Times yang menyatakan badan intelijen AS telah mengatakan kepada pemerintahan Joe Biden bahwa Taliban dapat menguasai sebagian besar Afghanistan dalam dua hingga tiga tahun jika pasukan AS pergi sebelum kesepakatan pembagian kekuasaan dicapai antara pihak yang bertikai.
Sebelumnya, Taliban bereaksi keras terhadap pernyataan baru-baru ini oleh Biden, yang mengaku masih mempertibangkan recana untuk menarik pasukan AS dari Afghanistan
Dalam sebuah pernyataan, Taliban memperingatkan "kematian dan kehancuran" jika terjadi pelanggaran Perjanjian Doha.
Taliban, dalam pernyataannya juga mengecam perpanjangan kehadiran militer Jerman di negara yang dilanda perang itu.
Jerman, seperti diketahui setuju untuk memperpanjang misinya di Afghanistan hingga 2022. Di bawah draf yang disetujui oleh Kabinet Kanselir Angela Merkel, pasukan Jerman akan tinggal hingga 31 Januari 2022.
Jerman memiliki kontingen terbesar kedua setelah AS dalam Misi Dukungan Tegas NATO di Afghanistan, dengan lebih dari 1.100 tentara ditempatkan di Afghanistan utara
0 Reviews:
Post a Comment