ilustrasi
JAKARTA - Jumlah pasien corona semakin bertambah dari hari ke hari di Indonesia pada Rabu (26/3/2020) pemerintah mendata bahwa sudah ada 790 kasus terkonfirmasi diantaranya 701 dalam perawatan, 31 sembuh, dan 58 orang meninggal dunia.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus Corona, Achmad Yurianto, meminta agar masyarakat patuh terhadap imbauan pemerintah yakni harus melakukan physical distancing diluar rumah maupun di dalam rumah.
"Laksanakan pembatasan kontak fisik dalam komunikasi sehari-hari. Bukan hanya di luar, tapi di dalam rumah juga harus kita lakukan. Mengapa penting? Karena penyakit ini menular dari orang yang sakit ke yang sehat melalui percikan ludah yang kecil-kecil," kata Yuri.
Ia mengatakan bahwa gejala corona mirip dengan flu tetapi di beberapa kasus bahkan ada pasien yang tidak menunjukkan gejala.
Jika kemudian merasa dirinya tidak enak badan dengan gejala mirip influenza, ia berharap agar masyarakat segera mengakses layanan kesehatan untuk berkonsultasi.
"Gunakan masker agar pada saat batuk, saat bersin, tak menyebarkan ke mana-mana. Konsul ke petugas kesehatan terdekat, mulai puskesmas, rumah sakit, dan seterusnya," imbuhnya.
Dilansir dari New York Times pada Kamis (26/3/2020) para ilmuwan terkait mencari tahu bagaimana virus ini dapat menginfeksi dan menyerang tubuh, dan apa dampaknya pada tubuh selain paru-paru?
Kami sudah meringkasnya untuk kalian baca, simak disini:
Gejala virus corona sendiri, yakni munculnya gejala demam, batuk, sesak nafas, memang hal tersebut bisa jadi merupakan tanda dari berbagai penyakit, mulai dari flu, infeksi tenggorokan sampai dengan selesma. Namun ahli dan periset telah mendapatkan lebih banyak informasi tentang bagaimana infeksi virus ini berkembang.
1. Tahap Virus Corona Menularkan ke Orang
Virus menyebar melalui tetesan air liur yang muncrat dari mulut orang akibat batuk atau bersin, yang kemudian masuk ke tubuh orang yang berada di dekatnya melalui mulut, hidung dan mata. Virus kemudian masuk ke jalur pernafasan dan membran mukus di bagian belakang tenggorokan, menempel pada sebuah reseptor di dalam sel, dan mulai berkembang di sana.
Virus ini mempunyai protein dengan ujung tajam yang membuat virus bisa menempel ke membran sel, dan dari situ, materi genetis virus masuk ke sel tubuh manusia. Materi genetis tersebut kemudian membajak metabolisme sel dan membuat sel tidak lagi berkembang untuk kesehatan tubuh melainkan untuk memperbanyak virusnya.
2. Saat Corona menyerang pernafasan
Saat virus ini berkembang, mereka mulai menginfeksi sel-sel di sekitarnya. Gejalanya biasanya mulai terasa di belakang tenggorokan, berupa rasa nyeri tenggorokan dan batuk kering. Lalu virus dengan cepat merambat masuk ke saluran pangkal paru-paru, hingga masuk ke paru-paru. Proses ini merusak jaringan pada paru-paru, membuat jaringan ini membengkak, sehingga lebih sulit bagi paru-paru untuk memasok oksigen dan menyalurkan keluar karbondioksida. Pembengkakan pada jaringan paru dan kurangnya oksigen dalam darah membuat jaringan tersebut terisi dengan cairan, nanah dan sel yang mati. Pneumonia, radang paru-paru, bisa muncul. Ini bisa membuat pasien mengalami kesulitan bernafas sehingga butuh alat bantu pernafasan (ventilator). Dalam beberapa kasus, terjadi yang disebut Sindrom Kesulitan Pernafasan Akut (Acute Respiratory Distress Syndrome), sehingga bahkan dengan ventilator pun, pasien bisa meninggal karena kesulitan pernafasan.
3. Cara bekerja virus di Paru-paru
Virus sepertinya mulai bergerak dari wilayah pinggiran kedua belah paru-paru, dan mungkin butuh waktu untuk naik ke saluran pernafasan atas, trakea dan pusat pernafasan lainnya. Pola ini membantu menjelaskan kenapa di Wuhan, banyak kasus yang tidak bisa diidentifikasi pada awalnya.
Proses pengetesan awal di berbagai RS di Tiongkok tidak selalu bisa mendeteksi infeksi di sisi luar paru-paru, sehingga biasanya orang yang menunjukan gejala disuruh pulang tanpa diberikan perawatan. Dan terkadang, mereka tidak merasa cukup sakit untuk mencari perawatan, dan tetap tinggal di rumah. Mereka inilah yang kemudian menulari anggota keluarganya. Ini salah satu alasan kenapa penyebarannya menjadi luas.
Sebuah studi menemukan bahwa lebih dari 50% pasien yang diteliti, yakni 121 pasien, di Tiongkok, mempunyai hasil CT Scan yang normal pada awal mereka sakit. Begitu sakitnya mulai parah, CT Scan mulai menunjukan gambar seperti “pecahan kaca buram”, semacam selaput asap yang menutupi beberapa bagian paru-paru. Ini merupakan tanda-tanda infeksi. Selaput ini bisa tersebar di berbagai wilayah paru-paru, dan menebal di wilayah yang parah, sehingga muncul pola “tempelan acak” dalam hasil pemindaian.