Calon Wakil Presiden Ma'ruf Amin
INFILTRASI - Calon Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyempatkan diri menghadiri acara peringatan Maulid Nabi yang diiikuti oleh berbagai komponen masyarakat, di Medan International Convention Center, Kota Medan, Selasa (20/11).
Pada kesempatan itu Cawapres pendamping Joko Widodo berharap kepada ribuan jemaah, sebagai umat Islam, untuk selalu meneladani dan mengikuti sunnah rasul. Baik itu dalam amalan maupun sikap dan perilaku serta perkataan.
Amin yang juga Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun berharap jamaah dapat selalu bersikap dan berbicara dengan santun sesuai seperti perilaku Rasul. Hal itu dikatakannya karena belakangan ini banyak elemen bangsa yang mudah melontarkan makian dan kemarahan, bahkan oleh pemuka agama kepada jemaahnya.
Rais 'Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu juga berharap jamaah untuk sesering mungkin bersikap persuasif, seperti dengan menyampaikan ajakan, bukan ejekan atau hujatan. Rasulullah berhasil membangun dan pemimpin umat Islam karena kesantunannya.
Selain itu, santri yang pernah menjadi Guru Madrasah ini mengatakan bahwa Islam mengajarkan umatnya untuk bersikap toleran. Dalam prinsip "Lakum Dii Nukum Wa Liya Diin" yang artinya, "Bagimu agamamu, bagiku agamaku".
Prinsip ini perlu diterapkan dalam kehidupan sosial dan bernegara, terlebih dalam suasana Pemilu saat ini. Toleransi harus tetap dijaga meskipun berbeda mazhab, berbeda pendapat, berbeda kelompok, berbeda keyakinan, sampai pada perbedaan partai politik dan calon Presiden yang didukung.
"Walaupun kita berbeda partai, berbeda capres, tetapi tidak perlu bertengkar. Di dalam satu bangsa, kita harus tetap rukun," ujarnya.
Begitu pun antara satu umat Muslim dengan umat Muslim lainnya, harus tetap memelihara kasih sayang dan saling mencintai. Bukan selalu menonjolkan perbedaan dan bahkan saling membenci dan memusuhi.
"Jangan seperti umat Islam di luar sana. Sesama umat Islam saja bisa saling bertempur dan membunuh, seperti yang terjadi di Timur Tengah, Suriah, Libanon, Yaman dan Afghanistan," paparnya.
Menurut dia, kondisi itu tidak terjadi di Indonesia karena sejauh ini Ukhuwah Islamiyah atau jalinan persaudaraan sesama umat Muslim masih terjalin kuat.
Dia juga berharap para jamaah untuk memperkuat sikap saling pengertian, bukan salah pengertian. Bila tidak, maka apapun yang mestinya sudah benar akan selalu dianggap salah.
(mediaindonesia/inf)