Kanselir Jerman Angela Merkel (kiri) bertemu Presiden Petro Poroshenko di Istana Mariinsky di Kiev
INFILTRASI - Ukraina minta Jerman dan anggota NATO lainnya mengirim kapal marinir mereka ke Laut Asov. "Jerman adalah salah satu sekutu terdekat kami," kata Presiden Ukraina Petro Poroshenko.
Presiden Ukraina Petro Poroshenko hari Kamis (29/11) mencari dukungan dari negara-negara NATO dalam konflik perbatasan dengan Rusia di Laut Asov di lepas pantai Krimea.
"Jerman adalah salah satu sekutu terdekat kami, dan kami berharap bahwa negara-negara anggota NATO siap untuk merelokasi kapal-kapal angkatan lautnya ke Laut Asov guna membantu Ukraina dan memberikan keamanan," kata Petro Poroshenko kepada harian Jerman Bild. Poroshenko mengatakan, Rusia "ingin menduduki" Laut Asov.
Poroshenko mengatakan, Kanselir Jerman Angela Merkel adalah teman baik Ukraina. "Pada tahun 2015, dia menyelamatkan negara kami dengan negosiasinya di Minsk, dan kami berharap dia akan sekali lagi mendukung kami dengan tegas, bersama dengan sekutu kami yang lain."
Poroshenko menyebut, Presiden Rusia Vladimir Putin, punya agenda besar.
"Putin ingin kembali ke zaman Kekaisaran Rusia yang dulu. Krimea, Donbas, dia menginginkan seluruh negeri," katanya. "Sebagai seorang tsar Rusia, ketika dia melihat dirinya sendiri, kekaisarannya tidak dapat berfungsi tanpa Ukraina, dia melihat kita sebagai koloni."
Putin membantah
Presiden Rusia Vladimir Putin balik menuduh Poroshenko mendalangi sebuah "provokasi" demi meningkatkan peringkat popularitasnya di dalam negeri menjelang pemilihan presiden tahun depan. Jajak pendapat terbaru di Ukraina menunjukkan, dukungan untuk Poroshenko hanya tinggal 9 atau 10 persen.
Putin membela tindakan marinir Rusia merebut tiga kapal Ukraina akhir pekan lalu di Laut Asov. "Mereka (marinir Rusia) melakukan misi militer mereka," katanya. "Mereka memenuhi fungsi sah mereka dalam melindungi perbatasan Rusia."
Sehubungan dengan krisis itu, Presiden Petro Poroshenko kini memberlakukan darurat militer di beberapa bagian di Ukraina selama 30 hari.
'Situasi Berbahaya'
Pejabat Urusan Luar Negeri Uni Eropa, Federica Mogherini, Rabu malam (28/11) mengeluarkan pernyataan "sangat prihatin tentang peningkatan ketegangan yang berbahaya" dan menyatakan cemas dengan pengerahan kekuatan oleh Rusia "yang tidak dapat diterima". Dia juga meminta Rusia untuk membebaskan kapal-kapal dan pelaut Ukraina yang ditahan, serta memastikan akses laut tak terbatas.
Hingga kini Uni Eropa tidak mengancam sanksi apapun terhadap Rusia karena insiden itu. Blok tersebut terbagi atas tindakan lebih lanjut terhadap Moskow. Tiga negara bekas Soviet di Laut Baltik - Estonia, Latvia dan Lithuania - didukung oleh Polandia dan Inggris menyerukan sikap yang lebih keras terhadap Moskow. Namun Italia, Yunani dan Belgia menyerukan pendekatan yang lebih lunak. Jerman dan Perancis sudah menawarkan diri menjadi penengah untuk meredakan ketegangan.
Presiden AS Donald Trump mengatakan kepada harian New York Post hari Rabu, dia "tidak suka" dengan apa yang terjadi. Dia meminta para pemimpin Eropa, terutama kanselir Jerman Angela Merkel, untuk "terlibat" dalam isu ini.
"Angela, ayo libatkan diri, Angela," kata Trump.
(rtr/afp/inf)