ilustrasi
INFILTRASI - Nilai tukar rupiah terus melanjutkan penguatan hingga berada di level 14.500 per dolar AS dalam perdagangan Rabu (7/11).
Rupiah semakin jauh meninggalkan nilai terendahnya di 15.300 yang terjadi bulan lalu. Penguatan rupiah hingga berada di bawah level 15.000 terjadi sejak akhir pekan lalu. Terhitung dari awal pekan hingga kemarin, nilai tukar rupiah telah menguat lebih dari 400 poin dan ditutup pada level 14.594.
“Pergerakan nilai tukar rupiah menunjukan fundamen ekonomi Indonesia yang solid,” ujar pengamat pasar uang dari Bank Woori Saudara Indonesia Tbk Rully Nova di Jakarta, kemarin.
Kemarin, Bank Indonesia (BI) merilis posisi cadangan devisa Indonesia tercatat US$115,2 miliar pada akhir Oktober 2018, atau meningkat dari US$114,8 miliar di akhir September 2018.
Data cadangan devisa Indonesia yang meningkat, sesuai dengan harapan pasar, turut menjadi faktor positif bagi fluktuasi nilai tukar rupiah.
Peningkatan cadangan devisa pada Oktober 2018 terutama dipengaruhi penerimaan devisa migas dan penarikan utang luar negeri (ULN) pemerintah yang lebih besar daripada kebutuhan devisa untuk pembayaran ULN pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah.
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan penguatan rupiah juga didorong adanya sentimen luar negeri terkait dengan pemilu sela Amerika Serikat (AS).
Diperkirakan, kebijakan Trump akan melemah seiring kemenangan pihak lawannya yakni Partai Demokrat.
Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan penguatan rupiah tidak lepas dari posisi rupiah yang sudah under valued selama ini sehingga para investor melihat ada peluang lagi masuk menuju harga wajar.
Namun, Darmin tidak ingin buru-buru menyatakan bahwa kondisi terburuk sudah dilalui sebab masih ada tantangan kenaikan suku bunga The Fed di akhir tahun dan juga kemungkinan perang dagang berlanjut bila pertemuan antara AS dan Tiongkok tidak mendapat titik temu.
“Kita bisa menjalankan kebijakan kita lebih baik, sama membuat kebijakan baru,” tukas Darmin.
Sinyal positif
Penguatan rupiah ini umumnya ditanggapi positif kalangan dunia usaha.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B Sukamdani mengatakan penguatan rupiah diyakini mampu memberi gairah dan memperkuat kepercayaan pasar.
“Kemarin kami sempat repot karena cost kita banyak juga barang impor. Penguatan rupiah ini berpengaruh signifikan membalikkan persepsi bahwa sinyal sudah positif,” ungkap Hariyadi saat dihubungi awak media, kemarin.
Beruntungnya, lanjut Hariyadi, merosotnya performa rupiah beberapa waktu lalu tidak menimbulkan reaksi masyarakat yang berlebihan. Pemilik mata uang asing pun tidak memborong dolar AS secara berjemaah. Diharapkan, menguatnya rupiah saat ini menciptakan keseim-bangan baru.
“Mudah-mudahan akan ada keseimbangan baru ketika rupiah mampu melangkah ke 14.000 ini,” tutur Hariyadi.
Namun, bagi Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi S Lukman, posisinya saat ini menjadi dilematis.
Penguatan rupiah di satu sisi memberi efek positif untuk beban impor bahan baku. Sebaliknya menjadi sulit bagi ekspor sebab pembeli meminta diskon karena dari sisi harga menjadi lebih mahal.
(Nur/Aya/inf)