Menteri Tenaga Kerja M Hanif Dhakiri
INFILTRASI - Kementerian Ketenagakerjaan dan Politeknik Ketenagakerjaan Republik Indonesia, Senin (19/11), mengadakan seminar dengan tema hubungan industrial kompetensi lulusan politeknik industri di Hotel Royal Kuningan, Jakarta.
Seminar ini diselenggarakan karena saat ini Indonesia berada di era digitalisasi industri dengan tenaga kerja banyak tergantikan oleh mesin. Oleh karena itu, tenaga kerja indonesia perlu dibekali beberapa hal agar mampu bersaing.
Menteri Tenaga Kerja M Hanif Dhakiri menyatakan Indonesia harus melakukan terobosan di era digital yang serba terintegrasi
“Kita harus lihat masa depan dengan positif dan optimistis. Masa depan Indonesia akan lebih baik dengan melakukan terobosan terkait. Di era digital ini ketenagakerjaan sangat dinamis. Tuntutan skill yang dibutuhkan berbeda,” kata Hanif.
Menaker menjelaskan ada tiga poin utama yang perlu diperhatikan agar masa depan ketenagakerjaan indonesia lebih baik
Pertama, penciptaan lapangan pekerjaan dengan kewirausahaan. Hanif menyatakan bahwa pilihan utama kaum milenial adalah berwirausaha bukan mencari pekerjaan
“Milenial pilihan utamanya adalah bukan mencari pekerjaan tapi menciptakan melalui wirausaha. Ini instrumen yang penting untuk diionovasi” lanjutnya
Kedua, mempersiapkan pekerja dengan skill. Pekerja dengan skill di Indonesia masih terbatas. Perlu ditingkatkan sesuai target walaupun sulit. Mengingat SMK yang menjadi andalan ternyata penyumbang pengangguran terbesar
“Pekerja dengan skill di Indonesia masih terbatas. Sekitar 56 juta. Target kita adalah meningkatkanya sekitar menjadi 3.7 juta per tahun. Ini adalah hal yang sulit. SMK andalan kita malah menyumbang pengangguran tinggi sekitar 11%,” ungkap Hanif.
Ketiga, membuat ekosistem ketenagakerjaan yang tidak rigid atau kaku.
Di indonesia, partisipasi laki-laki sebagai pekerja lebih besar dibandingkan perempuan dan jaraknya besar. Hal itu didasari oleh hambatan berupa jam kerja yang tidak fleksibel untuk perempuan yang memiliki keluarga dan berkebutuhan lain.
Oleh karena itu, perempuan harus lebih diberdayakan dengan membuat regulasi tidak terlalu kaku seperti di luar negri.
“Partisipasi laki-laki di lingkungan ketenagakerjaan 80% sedangkan perempuan 50%. Hal ini karena regulasi yang kaku, harus bekerja 8 jam. Hal ini membuat perempuan tidak bisa bekerja. Kita harus buat lebih fleksibel seperti luar negeri," jelas Hanif.
Di akhir sambutannya, Menaker menekankan bahwa kunci kesuksesan adalah mampu berkolaborasi dan bersaing. Kedua hal ini perlu diterapkan oleh orang-orang yang bekerja di bidang industri.
“Kuncinya adalah kolaborasi dan mampu bersaing. Keberhasilan investasi SDM ditentukan oleh partisipasi industri.”
Saat ini sudah banyak progress seperti turunnya pengangguran, kemiskinan, dan jarak kelas sosial.
“Di era Jokowi, tren kemisikan, jarak kelas sosial , dan pengangguran sudah menurun, kami menargetkan paling tidak pengangguran di angka 5 persen," tegasnya.
Untuk tahun depan, target penyerapan tenaga kerja adalah 2 juta.
(ol/inf)