Foto bersama para official tim usai scrrening pemain dan workshop WI CUP II di Hotel Balairung Jakarta, Minggu, (10/06/2018)
JAKARTA - Olahraga sepakbola merupakan olahraga yang paling digemari oleh masyarakat Indonesia. Hal itu terbukti dari banyaknya penonton yang datang ke Stadion ketika pertandingan sepakbola digelar. Tidak hanya itu saja, hampir setiap hari masyarakat selalu memainkan olahraga yang mengolah kulit bundar ini. Hampir di setiap desa dan juga kelurahan yang ada di Indonesia sudah memiliki lapangan sepakbola sehingga membuat olahraga yang berasal dari Eropa ini semakin dikenal luas di kalangan masyarakat. Demikian pula dengan NTT. Demam sepak bola merasuki setiap insan Nusa Tenggara Timur, baik tua muda, kaya miskin dan berbagai aspek lainnya.
Namun demikian, realitanya geliat perkembangan sepak bola Nusa Tenggara Timur masih jauh dari harapan. Padahal menurut sumber-sumber dari PSSI yang kami wawancarai, potensi-potensi talenta muda dari Nusa Tenggara Timur sangatlah banyak, dan juga tak kalah dengan daerah-daerah seperti Maluku, Papua dan lainnya.
Lorentius Albinus, salah satu penggurus PSSI Pusat, yang juga dipercaya sebagai Ketua Penyelenggara turnamen Wuamesu Indonesia (WI) Cup II berharap agar pada event sepak bola kali ini dapat menciptakan talenta-talenta muda NTT untuk berani bersaing dilevel-level bergengsi.
Kepada media ini, Albinus mengungkapkan, bakat-bakat muda dari Nusa tenggara Timur banyak yang bagus-bagus dan berpotensi untuk masuk ke liga-liga nasional. Namun kata Lorent, kurangnya proses regenerasi, pembinaan serta minimnya dorongan dari senior ke junior yang membuat sepak bola NTT sulit berkembang.
"Melihat sepak bola NTT, NTT nggak ada gerak maju sedikitpun walaupun sering hadir di kongres, tapi langkahnya stag. Ngak usah banding dengan asprov Jatim yang sepak bolanya cukup menggeliat. Kita bandingkan dengan Papua aja. Papua itu walaupun timnya kecil tapi pembinaan usia mudanya jalan, akhirnya lahirlah club sepak bola Persipura", terangnya.
Demikian pula dengan perkembangan sepak bola di Ambon (Maluku) yang telah menyumbangkan pemain-pemain terbaiknya ke berbagai club tanah air.
"Ambon itu. Mungkin kita lihat Askotnya tidak bergerak, tapi sebenarnya mantan-mantan pemainnya banyak jadi bisa disalurkan kemana-mana sehingga berkembang sepak bolanya. Sementara kita, dari dulu sampai sekarang segitu aja, kita stag. Satu-satunya kebanggaan kita adalah Eltari Cup, selebihnya nggak ada," ujarnya, Minggu, (10/06/2018)
Kendati demikian, Albinus berharap, dengan hadirnya Wuamesu Indonesia Cup II yang akan digelar mulai 30 Juni 2018 ini dapat menyalurkan pemain-pemain muda NTT untuk dapat bersaing dengan daerah-daerah lain.
Menurut pria kelahiran Ende ini, kualitas pemain-pemain dari NTT tidak kalah jika dibandingkan dengan daerah lain. Makanya kali ini Wuamesu juga menggelar Workshop untuk proses pembinaan.
"Sebenarnya level kita nggak jauh beda. Karena itulah, kali ini Wuamesu Indonesia juga menggelar Workshop dengan materi-materi pembinaan untuk para official tim dan pemain langsung dari tokoh-tokoh PSSI seperti Danurwindo dan Mundari Karya," pungkasnya usai melaksanakan Screening dan Wokshop WI CUP II di Hotel Balairung Jakarta.
Lebih lanjut Albinus berharap agar dengan hadirnya event dua tahunan ini, dapat menggerakan potensi sepak bola NTT lebih meningkat dan kesadaran penggila bola NTT lebih baik dari hari kehari.
"Jika turnamen WI CUP II kali ini sukses hingga ke final, itu bukan prestasinya panitia tapi lebih dari itu, ini merupakan prestasi orang NTT karena bisa menjaga situasi lebih kondusif. Mudah-mudahan ada perubahan untuk sepak bola NTT untuk masuk ke level-level bergengsi," tutupnya.
(Mr.Lin/in)