S-200
INDOPOST, MILITER - Sistem rudal pertahanan udara S-200 dalam beberapa waktu terakhir menjadi pemberitaan setelah sistem yang disebut NATO sebagai SA-5 Gammon milik Suriah dikabarkan berhasil ‘menyenggol’ F-35 Israel dan menjadikan jet tempur siluman tersebut rusak berat. Meski tentu saja klaim itu ditolak Israel dengan mengatakan F-35 mereka rusak karena menabrak burung.
Pemberontak Houthi Yaman Jumat 27 Oktober 2017 malam juga mengklaim menembak jet tempur Eurofighter Typhoon milik Angkatan Udara Arab Saudi saat melakukan misi serangan di Yaman. Tidak ada penjelasan resmi tentang sistem apa yang digunakan, tetapi kemungkinan juga bisa mengarah pada S-200.
Memang selama ini tidak ada data penjualan resmi ke Yaman dari senjata tersebut. Namun sistem tersebut telah tersebar ke banyak negara dan sangat memungkinkan untuk melintasi negara-negara lain terutama setelah era Perang Dingin selesai.
S-200 sebenarnya adalah senjata yang sudah cukup tua. Sistem pertahanan udara jarak jauh dan ketinggian tinggi ini dibangun Uni Soviet pada era 1960an oleh NPO Almaz dan dirancang untuk mempertahankan area yang luas dari serangan bomber atau pesawat strategis lainnya.
Penyebaran awal unit ujicoba S-200 menggunakan rudal 5V21 terjadi pada tahun 1963 sampai 1964 di pinggiran Tallinn di Estonia. Resimen operasional pertama dikerahkan pada tahun 1966 dengan 18 lokasi dan 342 peluncur yang beroperasi pada akhir tahun.
Pada tahun 1967, ketika S-200 secara resmi diterima dalam pelayanan, total situs telah meningkat menjadi 22, pada tahun 1968 sampai 40, dan pada tahun 1969 menjadi 60.
Aljazair, Azerbaijan, Bulgaria india, Iran, Kazakhstan, Korea Utara, Myanmar (membeli dari Korea Utara), Polandia, Tukmenistan, Uzbkeistan, Libya hingga Jerman (saat masih ada Jerman Timur). Rusia sendiri sudah mempensiun senjata ini dan menggantikannya dengan sistem yang lebih canggih yakni S-300 dan S-400. Namun sejumlah negara masih tetap mengoperasikan.
Sistem pertahanan udara ini juga memiliki sejarah hitam karena menembak pesawat sipil tanpa sengaja. S-200 secara tidak sengaja mengunci sebuah pesawat Tu-154 milik Siberia Airlines saat pesawat tak berawak yang seharusnya menjadi target dihancurkan oleh rudal lain. Pesawat tersebut hancur di atas Laut Hitam pada tanggal 4 Oktober 2001, menewaskan 78 orang di dalamnya.
Rudal SA-5 Gammon dipasang di sebuah stasiun darat dan biasanya diangkut dari area penyimpanan batalion dengan truk (8 x 8).
Rudal S-200 diluncurkan oleh 4 penguat roket bahan bakarpadat. Rentang maksimumnya antara 150 dan 300 km, tergantung modelnya. Kecepatan target maksimum adalah sekitar 4 Mach. Ketinggian efektif adalah 300 sampai 20.000 m untuk model awal dan sampai 35.000 m untuk model selanjutnya.
Hulu ledak adalah fragmen eksplosif tinggi 217 kg yang dipicu oleh sekering jarak jauh yang menggunakan radar atau sinyal perintah, atau hulu ledak 25 kt yang dipicu oleh sinyal komando saja. Setiap rudalnya memiliki berat sekitar 7.018 kg saat lepas landas.
Setiap batalyon terdiri dari 6 peluncur rudal untuk rudal jarak jauh 10.72 m dan radar pemantau tembakan.
Sistem ini memiliki sejumlah varian
SA-5A (S-200A Angara): dengan rudal V-860 / 5V21 atau V-860P / 5V21A, diperkenalkan pada tahun 1967 dengan jarak serang 160 km dan ketinggian 20 km (66.000 kaki)
SA-5B (S-200V “Vega”): dengan rudal V-860PV / 5V21P, diperkenalkan pada tahun 1970, jarak serang 250 km dan ketinggian 29 km (95.000 kaki)
SA-5B (S-200 “Vega”): dengan rudal V-870 yang jangkauannya meningkat menjadi 300 km dan ketinggian sampai 40 km (125.000 kaki) dengan rudal berbahan bakar padat baru dan motor baru
SA-5B (S-200M “Vega-M”): dengan rudal V-880 / 5V28 atau V-880N / 5V28N² dengan jarak serang 300 km pada ketinggian 29 km (95.000 kaki)
SA-5B (S-200VE “Vega-E”): dengan rudal V-880E / 5V28E, versi ekspor, hulu ledak ledak tinggi, daya serang 250 km (155 mil) dan ketinggian 29 km (95.000 kaki)
SA-5C (S-200D “Dubna”): dengan rudal 5V25V, V-880M / 5V28M atau V-880MN / 5V28MN², diperkenalkan pada tahun 1976, hulu ledak eksplosif atau nuklir dengan jarak serang 400 km dan ketinggian 40 km (125.000 kaki).
(jtp/indo)