Ilustrasi
INDOPOST, JAKARTA - Bulan Oktober, penjualan semen domestik diproyeksi naik lagi. Faktor pendukungnya yakni proyek infrastruktur. Sinyal positif sektor ini pun tampak dari adanya peningkatan penjualan tiga kali berturut-turut sejak Juli.
Data asosiasi menyebut, sampai kuartal III-2017, penjualan semen nasional meningkat 6,6% menjadi 47,43 juta ton. Proyeksi volume penjualan semen tahun ini pun diprediksi akan tumbuh lebih dari 5% dibandingkan dengan tahun lalu. Meski mulai nampak menggeliat, sektor ini masih mewaspadai datangnya musim penghujan yang bisa mempengaruhi penjualan.
Produk semen masuk dalam sektor industri dasar dan kimia. Secara year to date (ytd), kinerja emiten sektor itu di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu masih menghijau, tepatnya naik di level 23,62%. Sedangkan IHSG tumbuh 12,79% ytd.
Di sektor semen ini, ada empat emiten. Di antaranya PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), PT Semen Baturaja Tbk (SMBR), PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB), dan PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP).
Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Sekuritas menyatakan, prediksi pertumbuhan sektor semen di atas 5% tahun ini sudah sangat bagus. Tahun lalu, industri semen minim pertumbuhan, bahkan, ada beberapa emiten yang berkinerja minus. "Sinyalnya tahun ini lebih bagus daripada tahun lalu," terang Edwin kepada KONTAN, Jumat (29/10).
Pertumbuhan penjualan pada kuartal IV memang cukup masif. Salah satunya karena ada aksi menggenjot serapan anggaran sebelum tutup tahun. Peningkatan penjualan ini pun sudah tampak sejak kuartal III.
Edwin memprediksi, penjualan akan kembali turun pada kuartal I tahun depan. Kemudian pada kuartal II dan III akan kembali bangkit. "Kira-kira begitu siklusnya," imbuhnya.
Edwin menjagokan emiten seperti SMGR, INTP, dan SMBR. Isu penting yang masih menjadi perhatian pada sektor semen adalah adanya oversupply produk semen. Hal itu bisa mempengaruhi volume penjualan. Selain itu, serbuan produk impor juga turut menjadi perhatian. "Itu harus diwaspadai," terangnya.
Muhammad Nafan Aji Analis Binnartha Parama Sekuritas menyatakan kinerja penjualan semen, meningkat seiring dengan high demand yang dibutuhkan dalam membangun berbagai proyek infrastruktur. Masifnya pembangunan infrastruktur akan membuat industri semen menjadi kompetitif.
Banyak sekali perusahaan semen baik itu dari lokal maupun mancanegara yang turut berebut kue infrastruktur. "Sehingga menyebabkan peredaran semen menjadi oversupply," terang Nafan, Minggu (29/10).
Dia menambahkan selama pemerintah mampu menciptakan iklim investasi yang kondusif, maka banyak investor akan nyaman berinvestasi di Indonesia, apalagi dalam bidang konstruksi maupun properti khususnya. "Dengan demikian, maka permintaan semen ke depan pasti akan meningkat karena menciptakan multiplier effect," imbuh Nafan.
Nafan menilai secara kapitalisasi pasar, INTP masih lebih besar dibanding SMGR, SMBR dan SMCB. Tapi bila dilihat dari kinerja penjualan, SMGR masih lebih baik dibanding dengan SMBR, SMCB dan INTP. "Bisa jadi produk merek Maxstrength dari SMGR lebih menyasar berbagai proyek besar sehingga menghasilkan kinerja penjualan yang lebih baik," kata dia.
Dia pun merekomendasikan maintain buy SMGR dengan target harga pada level Rp 11.000-Rp 11.200. Kemudian merekomendasikan buy SMBR dan SMCB dengan target jangka pendek di level Rp 3.040 untuk SMBR dan Rp 840 untuk SMCB.
Sementara untuk INTP, dia merekomendasikan netral dengan target harga Rp 22.000. "Sebab stochastic dan RSI INTP sudah jenuh beli, maka sebaiknya wait and see dulu dan perhatikan level support pada harga Rp 20.000," imbuh dia.
(knt/indo)