Industri Rumahan di Kabupaten Pandeglang dan Lebak Minim Inovasi
INDOPOST, PANDEGLANG - Pelaku industri rumahan (home Industry) di Kabupaten Pandeglang dan Lebak hingga kini masih minim inovasi. Padahal produk yang dihasilkan dianggap memiliki nilai jual tinggi. Hanya saja, para pelaku industri rumahan yang sebagian besar dilakoni oleh kaum ibu, belum memiliki kemasan yang menarik dan terjamin keamanannya.
Imbasnya adalah, produk yang dihasilkan tidak mampu bersaing dengan brand
lain yang sudah lebih dulu beredar. Hal itu terungkap dalam kegiatan
Penguatan Pengembangan Industri Rumahan Lintas Sektoral dan Lintas
Program Bagi Pelaku Industri di Wilayah Lebak dan Pandeglang disalah
satu hotel di Pandeglang, Selasa (4/4/2017).
Kepala
Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Kependudukan dan
Keluarga Berencana (DP3AKKB) Provinsi Banten, Siti Ma’Ani Nina
mengatakan, banyak produk rumahan yang masih menggunakan pengemasan
konvesional dan dinilai sudah tidak relevan dengan keadaan saat ini.
“Terkadang ada industri rumahan yang enak, tapi kemasannya tidak menarik. Itu akan mempengaruhi daya jual," jelasnya.
Akibatnya
kata Nina, tidak sedikit olahan ibu rumah tangga (IRT) yang tidak bisa
masuk ke perhotelan atau pasar swalayan. Padahal, olahan produk mereka
memiliki nilai jual tinggi karena mengangkat kuliner tradisional dan
kerajinan tangan khas daerahnya.
"Kita
terus menerus harus meningkatkan usaha rumahaan, karena di Pandeglang
para pelaku usaha tersebut mulai dari gula aren, dompet yang dijahit
dengan unik dan kerajinan tangan lainnya itu akan dicari. Karena semua
itu merupakan ciri khas daerah masing-masing," kata dia.
Oleh
karena itu, pihaknya akan terus mendorong agar pelaku usaha rumahan,
lebih kreatif dalam membuat kemasan produknya. Salah satu yang dilakukan
DP3AKKB Banten, yakni dengan menggelar pelatihan dan pembinaan khusus.
Dirinya pun tak akan ragu merangkul berbagai pihak seperti Pemkab hingga
lembaga daerah yang berkaitan dengan bantuan permodalan, agar
bersama-sama merangsang para IRT supaya menghasilkan produk yang
kompetitif.
"Jika semua
sudah termotivasi dan bergerak untuk melakukan usaha rumahan, maka
pemerintah tidak usah keras-keras lagi menopang kehidupan masyarakat.
Karena mereka semua sudah bisa mandiri dalam mencari nafkah," beber Kabiro Humas dan Protokol Pemprov Banten itu.
Kasi
Peningkatan Kwalitas Perempuan DP3AKKB, Almahdi menambahkan, banyak IRT
di Pandeglang dan Lebak yang telah memiliki jenis usaha. Hanya saja,
mereka masih membutuhkan pembinaan terkait bagaimana menghasilkan
kemasan produk yang diminati pasar.
“Seharusnya
Pemkab Pandeglang membentuk forum agar bisa memfasilitasi para pelaku
usaha. Nah, jika itu semua sudah dibentuk maka kebutuhan untuk mereka
akan terpenuhi," usulnya.
Diakuinya
juga, sering pula pelaku industri rumahan terkendala dengan permodalan.
Oleh karenanya, DP3AKKB telah menggandeng Badan Perkreditan Rakyat
(BPR) dan Jamkrida Banten, untuk memberi kemudahan bantuan modal bagi
IRT yang serius menekuni usaha, tanpa jaminan yang memberatkan.
“Persoalan
mereka rata-rata tidak memiliki jaminan ketika mengajukan pinjaman. Nah
melalui BPR dan Jamkrida, mereka akan diberi kemudahan karena di BPR
ada pengajuan pinjaman dari Rp 1-5 juta,” sebutnya.
(dendy/indo)