Penulis: Primus Dorimulu
(CEO Berita Satu)
Kondisi politik
di Indonesia yang sedang kotor-kotornya bisa dibersihkan asalkan kita
tidak alergi terhadap politik dan membencinya hingga membababi buta.
Seakan-akan politik tidak penting, hanya menjadi perusak, dan mereka
yang terjun ke dunia politik dianggap, semuanya, penjahat. Orang baik
harus bersedia terjun ke dunia politik praktis untuk membuat perubahan.
Semakin banyak orang baik masuk politik praktis, perlahan, perubahan
akan terjadi.
Dunia ini rusak karena orang baik memilih menjadi
penonton. Mereka hanya melihat kehidupan politik dari luar lapangan
pertarungan sambil mengeluh, bergumam, dan memaki. Karena begitu
seringnya memaki, lama-lama mereka menjadi penjahat juga. Mereka berdosa
karena melihat ketidakadilan merajalela tanpa tergerak melakukan
sesuatu. Mereka berdosa karena tidak berani terjun untuk memperbaiki
keadaan. Mereka berdosa karena diam dan membiarkan kondisi buruk terus
terjadi. Mereka berdosa karena tidak berani terang-terangan mendukung
orang baik yang sedang bertarung mendapatkan kekuasaan politik.
Pernyataan bahwa "politik itu kotor" keluar dari hasil pengamatan dan
pengalaman. Orang benar yang terjun ke dunia politik praktis di
Indonesia saat ini siap babak belur. Semua yang mereka perbuat bisa
dibolak-balik sebagai kejahatan. Orang baik yang tidak tahan difitnah,
tidak tahan dibuli, dan tidak tahan pukul takkan bisa eksis di politik
praktis. Mereka akan mundur teratur, kembali menjadi penonton yang hanya
bisa menggerutu sambil sesekali mengumpat.
Orang baik perlu
masuk partai politik (parpol), menjadi kader partai, dan pengurus
parpol. Lewat parpol, orang baik perlu menjadi anggota DPRD II, DPR I,
dan anggota DPR RI. Menjadi anggota DPD juga boleh. Semakin banyak
orang baik di lembaga legislatf, cepat atau lama, dampak positif akan
kelihatan. Menjadi anggota legislatif sangat penting karena para
anggota dewan memiliki tugas, tanggung jawab, dan kewenangan yang
besar. Anggota legislatif menyusun UU, ikut menyusun bujet, dan
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan di segala bidang.
Orang baik jangan alergi terhadap parpol dan membenci parpol.
Parpol adalah pilar demokrasi dan kawah candradimuka. Sistem demokrasi,
di mana pun, menggunakan sistem perwakilan. Calon wakil rakyat diajukan
oleh parpol. Rakyat memilih para kader partai yang diajukan parpol
untuk menjadi anggota parlemen.
Parpol jualah yang merekrut calon
pemimpin eksekutif, mulai dari bupati, walikota, gubernur, hingga
presiden. Partai lewat kadernya di DPR ikut menyeleksi calon pemimpin
yudikatif. Peran partai sangat besar dalam pembangunan bangsa dan
negara. Indonesia adalah negara hukum. Semua orang sama di hadapan
hukum. Hukum adalah panglima. Tapi, produk hukum adalah produk politik.
Undang-undang (UU) adalah produk politik.
Politik adalah upaya
mendapatkan kekuasaan dan mempertahankannya, secara legal maupun ilegal.
Di negara demokrasi seperti Indonesia, upaya mendapatkan kekuasaan dan
mempertahankan kekuasaan politik harus dilakukan secara legal
sebagaimana diatur UU dan peraturan pelaksanaannya. Upaya untuk
mendapatkan kekuasaan dan mempertahankan kekuasaan juga harus dilakukan
secara etis dengan mematuhi normal etika dan sosial yang berlaku. Aktor
politik wajib mematuhi hukum dam etika.
Politik juga diartikan
sebagai upaya mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, dan beradab.
Dengan pengertian ini, mereka yang terjun ke dunia politik praktis
mestinya memiliki tujuan yang luhur, yakni ingin membaktikan diri bagi
bangsa dan negara. Dengan integritas, visi, kapabilitas, dan pengalaman
yang dimiliki, mereka berusaha mendapatkan kekuasaan politik dengan
tujuan suci, yakni untuk membangun masyarakat.
Politik menjadi
kotor, setidaknya, karena dua sebab utama. Pertama, mereka yang terjun
ke dunia politik tidak memiliki niat yang luhur. Mereka berusaha meraih
kekuasaan politik dengan berbagai cara untuk mencari kekayaan material
dan menjadi orang terkenal. Mereka terjun ke dunia politik dengan
tujuan sekadar untuk mendapatkan kekusaaan. Memburu kekuasaan politik
dengan tujuan seperti ini membuat mereka mudah tergelincir dalam praktik
korupsi dan pemerasan. Kedua, masyarakat permisif dan orang baik
berpangku tangan.
Jika kita sebagai orang baik belum bersedia
terjun ke dunia politik praktis, marilah kita cegah orang-orang jahat
dan tak jelas tujuannya--apa pun suku, ras, agama, dan golongannya--
untuk meraih kekuasaan politik. Jika kita sebagai orang baik belum
bersedia terjun ke dunia politik praktis, marilah kita dukung sesama
orang baik --apa pun suku, ras, agama, dan golongannya-- untuk menjadi
pengurus parpol, anggota dewan, dan pejabat eksekutif.
Mari kita wujudkan politik yang bersih dan bermartabat. Mari kita bersihkan politik Indonesia dari tangan-tangan kotor.
*****************