Barack Obama
INDOPOST, WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat Barack Obama
menyampaikan pidato perpisahannya sebagai pemimpin negara di kota
Chicago, Selasa (10/1/2017) malam. Setelah memimpin AS selama delapan
tahun, Obama memaparkan prestasi pemerintahannya dan menyebut tantangan
yang akan dihadapi oleh AS.
Ia
menyebut pemulihan kondisi ekonomi, perjanjian nuklir dengan Iran,
normalisasi hubungan dengan Kuba dan pembunuhan Osama bin Laden sebagai
pencapaian besar pemerintahannya.
Sebaliknya,
Obama juga mengakui kegagalannya untuk menghentikan perpecahan,
diskriminasi rasial, kesenjangan sosial serta kelemahan sistem
pendidikan dan pengobatan di Amerika.
Ada banyak
pasang surut yang dirasakan oleh rakyat Amerika dan masyarakat dunia
selama delapan tahun kepemimpinan Obama. Ia mengambil alih kemepimpinan
AS ketika negara itu sedang terpuruk dalam resesi ekonomi besar setelah
tahun 1929 dan ketika pasukan AS sedang terlibat perang di Afghanistan
dan Irak.
Masyarakat
Amerika juga tengah bergelut dengan berbagai masalah seperti,
pengangguran, resesi ekonomi, kesenjangan pendapatan yang besar dan
konflik sosial. Dalam situasi seperti itu, Obama tampil dengan slogan
perubahan dan mampu merebut hati warga Amerika.
Selama
delapan tahun ini, Obama menyaksikan kesuksesan pemerintahannya dan juga
kegagalan di berbagai bidang. Di sektor ekonomi, meskipun Obama mampu
mengurangi tingkat resesi ekonomi, namun kebijakan fiskalnya telah
menambah utang pemerintah federal. Kegagalannya mewujudkan stabilitas
anggaran menyebabkan penutupan pemerintah federal untuk kedua kalinya
dalam sejarah Amerika.
Meski
sukses meloloskan undang-undang layanan kesehatan yang disebut
Obamacare, tapi Obama gagal memberi pelayanan yang semestinya kepada
masyarakat Amerika di bidang kesehatan.
Selain itu,
kesenjangan pendapatan naik tajam di Amerika, diskriminasi rasial
memperlihatkan wajah yang lebih garang dan kasus kekerasan jalanan
semakin sering ditemukan.
Di bidang
sosial, Obama gagal mewujudkan pembagian pendapatan secara adil,
melarang penggunaan senjata api, memperkuat toleransi dan memperbaiki
undang-undang imigrasi.
Dalam
kebijakan luar negeri, pemerintahan Obama mencatat beberapa kesuksesan
dan kegagalan. Di samping perjanjian nuklir dengan Iran, normalisasi
hubungan dengan Kuba dan pembunuhan Osama bin Laden, Washington
menyaksikan banyak kegagalan selama depalan tahun terakhir.
Di bawah
kepemimpinan Obama, dunia menyaksikan ketegangan yang luar biasa antara
AS dan Rusia, kegagalan Washington melawan ancaman terorisme dan
kemunculan kelompok-kelompok teroris baru seperti Daesh.
Peraih
Hadiah Nobel ini tidak berhasil mengubah kebijakan konfrontatif dan
militerisme Amerika di dunia. Ia bahkan tampak lebih agresif dalam
mengeluarkan perintah serangan menggunakan drone, di mana sejumlah besar
warga sipil tewas di berbagai penjuru dunia.
Dapat
dikatakan bahwa tingkat kegagalan Obama jauh lebih besar dari
kesuksesannya selama menahkodai Gedung Putih. Jika bukan karena ini,
rakyat Amerika tentu akan memilih sosok seperti Hillary Clinton untuk
melanjutkan jalan Obama. Namun akhirnya mereka menjatuhkan pilihannya
pada Donald Trump.
(rm/indo)