Bendera Palestina
Oleh: M. Ma'ruf
Pengamat politik international
Setelah Aleppo jatuh kembali ke tangan Tentara Berdaulat Suriah,
dibarengi sikap Turki masuk blok Rusia, Iran, kini AS terjepit, karena
kartu truf kuncinya, Turki menjadi mesin propaganda efektif membongkar
kebohongan AS dan Israel.
Jika media RT (Rusia), Press TV (Iran) mengatakan perang Suriah
bukan perang saudara, bukan perang sektarian Sunni-Syiah, bukan perang
pemerintahan diktator melawan rakyat tertindas, tapi perang melawan
teroris produk US-Israel, maka kubu lawan Suriah tutup kuping dan mata.
Tapi jika Turki (Erdogan) bilang AS mendukung ISIS dan Kurdi dengan
bukti foto dan video valid maka, fenomena ini sama dengan ketika sesama
teroris saling bunuh di lapangan. Bedanya, pertama level teroris, yang
kedua level negara, persamaanya mereka satu kubu, bahu membahu
menggulingkan Assad.
Kini tema international mutakhir selanjutnya adalah bergeser ke isu
klasik: Israel versus Palestina. Dari mulai Resolusi anti pemukiman,
hingga sayup-sayup "two state solution ". Pergerseran ini bisa bermakna
positif, jika mengarah pada "one state solution", bisa bermakna negatif,
jika membius pada "two state solution".
One State Solution
Penyelesaian "one state solution" adalah basis penyelesaian berbasis
keadilan dan kasih sayang, karena, satu negara menjadi rumah bersama
bagi penduduk Yahudi, Islam dan Kristen. Dengan detil demografi; 6-7
juta pengungsi Palestina di luar negeri balik ke Palestina, ditambah 1.5
juta warga Palestina di Gaza, 2.5 juta di Tepi Barat, 1.4 juta warga
Palestina di Israel. Jumlah ini akan mengalahkan 5. 8 juta populasi
Yahudi Israel (data akhir 2010). Perjuangan ini identik dengan model perjuangan persamaan hak di Afrika Selatan.
Two Sate Solution
Penyelesaian ini pada dasarnya dihindari Israel, sekalipun Yerusalem
Timur menjadi milik Israel, sekalipun hanya ada satu angkatan bersenjata
(Israel), sekalipun pemerintahan pusat di pegang Israel, sementara
otoritas Palestina jika pun ada seperti sekarang, hanya pelayan Israel.
Solusi dua negara adalah jebakan dan perangkap paling berbahaya,
karena meliputi; pembagian wilayah, otoritas pemerintahan, dan
demografi. Dari sisi wilayah, 85 % sudah dikuasai Israel, menyerahkan
sejengkal tanah yang sudah di okupasi Israel sama saja dengan menelan
ludah sendiri (Israel). Dalam hal otoritas pemerintahan, jika ada dua
angkatan bersenjata sama kuat, hidup berdampingan, sama saja menyalahi
prinsip penjajahan. Lalu jika demografi diperlakukan secara adil, maka
sekitar 10 juta penduduk Palestina memerlukan wilayah yang cukup,
artinya harus menempati wilayah yang di curi Israel.
Karenanya "two state solution" absurd diterapkan bagi Israel sendiri,
maka sifat dari isu "two state solution" hanya permainan diplomasi
topeng AS-Israel dalam proses tarik ulur untuk melanggengkan penjajahan.
Maka, kasus penggulingan Assad oleh Israel dkk, bisa dibaca secara
(high politics), menjadi agenda pelaksanaan "one state solution just for
Jews" dan Palestina selamanya hilang dari peta bumi. Kenapa demikian,
karena pemerintahan Assad masuk kubu pendukung "one state solution for
Muslims, Jews and Christians" alias aliansi perlawanan bersama Hizbullah
dan Iran.
Bagi Iran dan Hizbullah, perang melawan teroris di Suriah sifatnya
menjadi ideologis dan fundamen. Karena memenuhi elemen keadilan dan
kasih sayang. Memenuhi unsur adil karena melawan penindas (Israel-AS)
berbaju PBB (manipulasi sistem nilai). Memenuhi unsur kasih sayang,
karena sedang memperjuangkan tanah suci bagi tiga agama dalam dataran
konkrit (high politics) alias transendence politic. Pada level
ini kelompok perlawanan di topang legitimasi Undang-undang Internasional
baku di PBB, seperti 3 prinsip hak dasar warga Palestina (hak kembali,
hak melawan, hak menjadi bangsa merdeka dari penjajahan).
Oleh karena itu, pergantian rezim Suriah yang pro "one state
solution" (kelompok perlawanan) harus segera diganti oleh Israel,
minimal menjadi negara pendukung dan pembebek "two state solution" dan
maksimalnya menjadi koalisi pemusnahan program kelompok perlawanan
pimpinan Iran karena gigih dan istiqomah mewujudkan "one state solution
for Jews, Christians, and Muslims".
******