Peringatan wafatnya KH. Abdurrahman Wahid tidak hanya diperingati di tanah air, tapi juga di negara lain.
INDOPOST, TEHERAN - Pada Kamis malam (12/1) belasan warga Indonesia yang berdomisili di Iran berkumpul untuk memperingati haul Gus Dur ketujuh. Meski digelar secara sederhana di salah satu apartemen di bilangan
barat ibu kota Iran, haul KH. Abdurrahman Wahid yang diselenggarkan
Gusdurian Tehran berlangsung khidmat dan meriah.
Diawali yasinan, acara yang dihadiri kalangan profesional, mahasiswa
dan pelajar Indonesia tersebut menghadirkan profesor Mahmoudreza
Esfandiyar, pakar Asia Tenggara sebagai pembicara.
Peneliti Encyclopaedia Islamica Foundation ini menyoroti
karakteristik pemikiran Gus Dur yang dinilainya menawarkan solusi,
terutama bagi dunia Islam.
Rektor Universitas Azad, Eslamshahr,Tehran memandang pemikiran KH. Abdurrahman Wahid melampaui zamannya.
Di bagian ceramahnya, pakar tasawuf ini juga menyuarakan dukungan
terhadap penyebaran pemikiran Islam Nusantara sebagai bagian dari upaya
mewujudkan dialog antarpemikiran, termasuk di Iran.
Sementara itu, koordinator Gusdurian Tehran, Purkon Hidayat dalam
sambutannya mengungkapkan tujuan diselenggarakannya haul KH Abdurrahman
Wahid ketujuh sebagai bentuk kerinduan sekaligus kecintaan terhadap Gus
Dur.
“Selain sebagai mantan presiden, dan ketua PB NU, lebih dari itu Gus
dur adalah pemikir besar yang perlu digali percikan gagasannya yang
berserakan,” tutur alumnus fakultas filsafat dan tasawuf Universitas
Internasional Al-Mostafa, Qom, Iran itu.
Di bagian lain pernyataannya, jurnalis dan peneliti Timur Tengah ini
menyampaikan kekhawatiran mengenai derasnya gelombang intoleransi di
Tanah air, dan maraknya hoax yang bisa berpotensi mengancam keutuhan
NKRI.
“Tentu saja kita semua tidak ingin ‘Rumah Besar’ Republik Indonesia
yang berpijak dari kebhinekaan akan menjadi seperti Suriah. Haul Gus Dur
ke-7 kali ini sebagai bagian dari ikhtiar untuk mengingatkan kita semua
sebagai elemen bangsa Indonesia, meskipun kini berada jauh ribuan
kilometer dari tanah air,” papar pengajar bahasa Indonesia di salah satu
pusat riset Iran.
Peringatan haul KH. Abdurrahman Wahid dimeriahkan dengan pembacaan
puisi oleh dua pelajar Indonesia yang menempuh sekolah dasar di Iran,
serta pemutaran salawat, syiir tanpa waton yang dikumandangkan almarhum
Gus Dur, dan tembang daerah. Acara yang dimulai setelah shalat isya ini berakhir dengan ramah tamah dan santap malam khas kuliner nusantara.
(ph/indo)