Sebelumnya Yahya Jammeh pernah sesumbar hanya bisa dikalahkan Allah
INDOPOST, DAKAR - Presiden Republik Islam Gambia Yahya Jammeh pada hari Jumat mengatakan bahwa dia menolak hasil pemilu presiden yang digelar pekan lalu. Jammeh yang kalah dari rivalnya, Adama Barrow (kubu oposisi), menyerukan pemilu baru.
Sikap Jammeh ini plinplan, sebab sesaat setelah pemilu rampung digelar dia mengakui kekalahannya. Namun, kini menolak hasil pemilu itu.
Jammeh sudah berkuasa selama 22 tahun dan sikap awalnya yang mengakui kekalahan dan siap menyerahkan kekuasaan sempat dipuji rakyatnya. Selama dipimpin Jammeh, Gambia yang semula negara sekuler diubah menjadi negara Islam dengan nama Republik Islam Gambia pada 2015.
Baca: Presiden Gambia: "Hanya Allah yang Bisa Singkirkan Saya dari Kekuasaan"
”Setelah penyelidikan menyeluruh, saya telah memutuskan untuk menolak hasil pemilu baru-baru ini. Saya meratapi kecurangan serius dan tidak dapat diterima, yang dilaporkan selama proses pemilihan,” kata Jammeh, seperti dikutip Reuters, Sabtu (10/12/2016).
”Saya merekomendasikan pemilu baru dan transparan yang akan diresmikan oleh komisi pemilihan independen,” katanya lagi.
Saksi mata mengatakan Banjul, Ibu Kota Gambia, tenang semalam. Namun, pernyataan penolakan Jammeh memicu kekhawatiran publik akan pecahnya kekerasan dan keonaran di jalan-jalan.
Baca: Klaim Diri "Hanya Bisa Dikalahkan Allah", Ternyata Ini Hasilnya !!
Reaksi internasional cepat keluar setelah Jammeh menolak hasil pemilu. Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa penolakan hasil pemilu oleh Jammeh merupakan upaya mengerikan untuk melemahkan pemilu yang kredibel.
Menteri Luar Negeri Senegal, Mankeur Ndiaye, menyerukan pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB setelah sikap Jammeh keluar. Dia memperingatkan Jammeh untuk tidak merugikan kepentingan Senegal atau warganya di Gambia.
(mas/indo)