Juru Bicara Aspirasi Indonesia
INDOPOST, JAKARTA - DPRD Provinsi dan Gubernur NTT tidak boleh melepas begitu saja atau membiarkan John W. Purba, Kajati NTT meninggalkan NTT karena berakhirnya masa tugas. Jangan biarkan siapapun pejabat dari pusat masuk ke NTT atas nama penugasan atau perintah atasannya untuk bertugas di NTT tanpa mengenali terlebih dahulu rekam jejak, tabiat dan integritas moral dan kejujuran dari pejabat yang bersangkutan. Sebaliknya juga jangan kita biarkan pejabat yang bertugas di NTT pergi meninggalkan tugas begitu saja seolah-olah NTT tidak ada tuannya dan tidak ada masyarakat yang memiliki hak atas pelayanan publik untuk meminta pertanggungjawaban. Demikian dikatakan Juru Bicara Aspirasi Indonesia, Petrus Selestinus kepada The Indonesian Post di Jakarta, Senin, (10/10/2016)
"Pemerintah daerah dan DPRD NTT harus membuat sebuah konvensi baru untuk membudayakan penghormatan dan penghargaan aparat sipil negara dari pusat ketika bertugas di NTT sebagai pengabdi dan pelayan bagi warga masyarakat di NTT. Caranya adalah dengan melakukan fit and proper test atau uji kelayakan terhadap calon pejabat yang bersangkutan sebelum diterima penempatannya di NTT. Begitu juga saat pejabat yang bersangkutan akan meninggalkan NTT, maka Pemerintah dan DPRD-pun tidak boleh membiarkan yang bersangkutan untuk pergi begitu saja melainkan harus ada pertanggungjawababan publik di hadapan DPRD dan Pemerintah Daerah secara moral dan politik tentang apa yang dicapai dan apa yang masih menjadi hutang dan harus diteruskan oleh penggantinya," tegas Petrus.
Terkait informasi John W. Purba, Kajati NTT yang sebentar lagi akan meninggalkan NTT untuk mengisi jabatan baru sebagai Kajati Jambi. Menurut Petrus, jika dilihat kelas Kejaksaan Tinggi Jambi, maka pemindahan John W. Purba ke Jambi adalah dalam rangka promosi. Berarti di mata Jaksa Agung RI, John W. Purba berprestasi baik selama menjadi Kajati NTT. Ini yang menjadi pertanyaan.
Baca juga:
Kepala Kejati Dimutasi ke Jambi, Garda NTT: Dia Harus Dipecat dan Diadili, Jika Tidak Kami Akan Duduki Kejagung !
Baca juga:
Kepala Kejati Dimutasi ke Jambi, Garda NTT: Dia Harus Dipecat dan Diadili, Jika Tidak Kami Akan Duduki Kejagung !
"Apa ukuran Jaksa Agung menilai prestasi John W. Purba baik ? Apakah penilaian itu sama dengan apa yang dilihat dan dialami oleh publik selama John W. Purba menjadi Kajati NTT ? Publik NTT justru mempertanyakan alasan promosi untuk John W. Purba dan prestasi apa yang sudah diukir John W. Purba selama memimpin Kejaksaan Tinggi NTT khususnya penegakkan hukum dibidang pemberantasan korupsi. Hampir tidak ada prestasi apa-apa, bahkan selama di NTT penegakan Hukum di NTT sangat buruk. Dia juga disinyalir terbelit beberapa kasus," ungkap pengacara kondang tersebut.
Bertolak dari persoalan tersebut diatas, Petrus mendesak Pemerintah Daerah dan DPRD Provinsi NTT harus berinovasi menciptakan "Konvensi Daerah" agar setiap pejabat vertikal dari pusat yang hendak bertugas di NTT harus dilihat rekam jejaknya dan harus diketahui oleh publik daerah tujuan.
Konvensi ini sangat penting untuk mengantisipasi kebijakan terselubung yang menghina dari pejabat pusat yang selama ini menjadikan NTT sebagai tong sampah besar. Jangan jadikan NTT tong sampah besar untuk membuang pejabat pusat yang rendah kapasitas dan bermasalah dan minim prestasi. Kita pernah mendengar julukan yang menghina NTT dan Papua yaitu "sebelum dipecat lebih baik di NTT-kan atau di Papua-kan dulu," paparnya..
Karena itu dirinya berharap agar DPRD NTT segera mengundang Kajati NTT John W. Purba untuk memberikan pertanggungjawaban atas kinerjanya di bidang hukum selama menjadi Kajati di NTT, apa yang dihasilkan, apa kegagalannya, apa kendala dan lain-lain agar DPRD dan Pemerintah memiliki catatan tentang kondisi riil bidang hukum sekaligus untuk menjadi bahan evalusi dan kontrol DPRD Provinsi bagi kinerja Kajati yang akan datang.
Hal yang sama juga bagi calon pengganti Kajati NTT yang baru dimana sebelum diterima dan dilantik sebaiknya DPRD Provinsi NTT mengundang yang bersangkutan meminta data tentang rekam jejaknya ketika bertugas di tempat lain. "Jika rekam jejaknya jelek (tukang peras, tukang jual SP3 dll.) maka NTT berhak menolak dan meminta agar diberikan Kajati yang mengerti tugas dan tanggung jawab utama di bidang penegakan hukum," tutup Petrus.
(mb/indo)