Presiden Vietnam, Tran Dai Quang (tengah). | (Reuters)
INDOPOST, SINGAPURA - Presiden Vietnam, Tran
Dai Quang, pada Selasa (30/8/2016), memperingatkan bahwa semua negara
akan mengalami kekalahan jika terlibat perang di Laut China Selatan.
Komentar itu dia sampaikan saat berkunjung ke Singapura.
Presiden Quang tidak menyebutkan negara mana pun yang akan menderita jika terlibat perang gara-gara sengketa maritim. Tapi, dia mengakui ada kegelisahan yang meningkat atas tindakan China di Laut China Selatan.
Seperti diketahui, China telah mengklaim hampir seluruh kawasan Laut China Selatan dan telah menempatkan peralatan militer di pulau-pulau reklamasi di kawasan sengketa. Beberapa negara ASEAN, seperti Filipina, Brunei, Malaysia, dan Vietnam juga memiliki klaim wilayah yang salih tumpang tindih.
”Laut China Laut Selatan, yang terletak di jantung Asia Tenggara, tidak hanya membawa banyak manfaat penting untuk negara-negara di kawasan itu, tetapi juga merupakan rute penting untuk transportasi laut dan udara di dunia,” kata Quang, seperti dikutip Japan Times.
“Tapi perkembangan mengkhawatirkan baru-baru ini,” ujarnya. ”Memiliki dampak negatif pada lingkungan keamanan kawasan, terutama keamanan maritim dan keamanan dalam kebebasan navigasi.”
”Dan kita tidak harus membiarkan ketidakstabilan berlangsung, terutama dalam kasus konflik bersenjata, tidak akan pemenang atau pecundang, melainkan semuanya akan kalah,” katanya memperingatkan dampak jika terjadi perang di Laut China Selatan.
Vietnam merupakan salah satu negara paling vokal yang menentang klaim maritim China. Pada tahun 2014 pecah kerusuhan anti-China, setelah China dan Vietnam terlibat sengketa kilang minyak di Laut China Selatan.
Presiden Quang tidak menyebutkan negara mana pun yang akan menderita jika terlibat perang gara-gara sengketa maritim. Tapi, dia mengakui ada kegelisahan yang meningkat atas tindakan China di Laut China Selatan.
Seperti diketahui, China telah mengklaim hampir seluruh kawasan Laut China Selatan dan telah menempatkan peralatan militer di pulau-pulau reklamasi di kawasan sengketa. Beberapa negara ASEAN, seperti Filipina, Brunei, Malaysia, dan Vietnam juga memiliki klaim wilayah yang salih tumpang tindih.
”Laut China Laut Selatan, yang terletak di jantung Asia Tenggara, tidak hanya membawa banyak manfaat penting untuk negara-negara di kawasan itu, tetapi juga merupakan rute penting untuk transportasi laut dan udara di dunia,” kata Quang, seperti dikutip Japan Times.
“Tapi perkembangan mengkhawatirkan baru-baru ini,” ujarnya. ”Memiliki dampak negatif pada lingkungan keamanan kawasan, terutama keamanan maritim dan keamanan dalam kebebasan navigasi.”
”Dan kita tidak harus membiarkan ketidakstabilan berlangsung, terutama dalam kasus konflik bersenjata, tidak akan pemenang atau pecundang, melainkan semuanya akan kalah,” katanya memperingatkan dampak jika terjadi perang di Laut China Selatan.
Vietnam merupakan salah satu negara paling vokal yang menentang klaim maritim China. Pada tahun 2014 pecah kerusuhan anti-China, setelah China dan Vietnam terlibat sengketa kilang minyak di Laut China Selatan.
(mas/indo)