Juru bicara pemenangan Ahok
INDOPOST, JAKARTA - Maraknya isu SARA yang mulai bermunculan jelang pilkada DKI belakangan ini membuat banyak pihak mulai khawatir. Diberbagai laman sosmed eskalasi isu SARA sudah semakin menguat bahkan cenderung mengangkat sisi radikalisme. Ada juga yang yang justru secara serampangan dan terang-terangan mengajak masyarakat untuk tidak memilih salah satu kandidat.
Menanggapi maraknya isu tersebut, Ansy Lema, juru bicara rumah Lembang posko pemenangan Ahok ketika dikonfirmasi awak indopost, Selasa malam, (30/08/2016) mengatakan bahwa Jakarta adalah ibu kota negara, miniatur Indonesia, tempat tinggal anak bangsa dari berbagai latar belakang kultur, etnik dan agama. Sebagai ibu kota negara, idealnya Jakarta menjadi rumah bersama bagi semua warganya yang berasal dari berbagai pelosok tanah air. Karena itu, Jakarta adalah milik semua anak bangsa dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Pulau Rote. Jakarta tidak bisa diklaim sebagai milik satu kelompok atau golongan tertentu.
"Tanggung jawab kita bersama untuk menghadirkan Jakarta sebagai rumah bersama, hunian yang nyaman bagi semua anak bangsa. Bahkan menjadi rumah yang ramah bagi warga asing yang bermukim atau berkunjung ke Indonesia", papar Ansy Lema.
Ada banyak Kantor Kedutaan Asing negara sahabat di Jakarta. Jakarta adalah juga beranda depan Republik, dan dengan menghadirkan Jakarta yang damai, dunia internasional akan memberikan penilaian positif bagi Indonesia.
Lanjutnya, Pilkada DKI Jakarta mestinya menjadi Pilkada yang bermartabat, sehingga bisa menjadi inspirasi bagi daerah-daerah lain di Indonesia, sekaligus mampu memberikan pesan pada dunia internasional bahwa demokrasi Indonesia sungguh tengah mekar dan pantas menjadi model pembangunan-penataan demokrasi bagi negara-negara demokrasi baru. Ciri Pilkada bermartabat adalah seluruh proses kontestasi elektoral berlangsung dalam suasana damai dan dengan mengedepankan etika dan logika dalam kompetisi.
"Persaingan politik boleh ketat, namun persaudaraan sebagai sesama anak bangsa harus terus dijaga", tegas aktivis 98 tersebut. Baca: Megawati Tegaskan Kader yang Terpilih jadi Kepala Daerah Harus Patuh Terhadap Partai
Rivalitas antar-kandidat harus merupakan kompetisi ide dan gagasan perihal bagaimana membangun Jakarta lebih baik. Karenannya, beliau mengajak para kandidat dan masing-masing pendukungnya untuk lebih memuliakan pilkada bermartabat, bukan memprovokasikan kekerasan-kekerasan berlabel SARA.
"Pilkada bermartabat pasti memuliakan adu konsep, adu otak untuk memajukan Jakarta, bukan adu otot, apalagi mengeksploitasi sentimen SARA (suku, agama, ras, antar golongan) untuk menyerang rival politik", ujar Ansy Lema, Selasa malam, (30/08)
Ansy menilai, Publik Jakarta adalah pemilih yang sudah sangat cerdas-rasional, well-informed, tentunya menghendaki kompetisi Pilkada dipenuhi bertebarannya gagasan-gagasan brilian guna memajukan Jakarta. Dengan itu, pemilih bisa menimbang, memilah dan kemudian memilih figur kepala daerah ibu kota.
Dosen Universitas Negeri Jakarta itu meyakini, kandidat yang melakukan politisasi SARA, apalagi terjebak dalam kekerasan bernuansa SARA, dipastikan akan ditinggalkan para pemilih. Pemilih Jakarta adalah pemilih rasional, bukan pemilih emosional atau pemilih transaksional, sehingga tidak mempan dirayu dengan isu SARA apalagi dengan iming-iming uang.
"Memainkan isu SARA dan politik uang (money politics) adalah politik rendahan", baru berkelas bila yang dijual adalah program kerja dan rekam jejak (track record) calon. Pemilih mengharapkan perdebatan programatik antar calon. Politisasi SARA mencederai demokrasi dan mengancam integrasi bangsa yang dibangun di atas nilai-nilai kebhinekaan. Jangan menerbakan sentimen SARA, tapi rivalitas antar kandidat dan pendukung harus mengedepankan adu ide dan kompetisi gagasan", terang Ansy.
Namun demikian lanjut Ansy, dirinya tentu berharap jelang pilkada Februari nanti isu-isu tersebut dapat segera menguap dan hilang dengan sendirinya. "Para pendukung calon harus mengedepankan politik cerdas, bukan membangun permusuhan atas dasar sentimen SARA", tutupnya.
(mb/indo)