Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) saat menghadiri peresmian rumah Lembang, 25/08/2016.
(foto: mb/indo)
INDOPOST, JAKARTA – Gubernur Ahok yang juga calon petahana di
Pilkada DKI 2017 menyebut warga bebas memilih calon pemimpinnya. Iapun
tak mewajibkan warga Jakarta untuk memilihnya.
“Bapak, Ibu, orang Jakarta tidak wajib memilih saya,” kata Ahok, saat menghadiri launching Gerakan Kewirausahaan Nasional oleh DPP Partai Golkar, di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Selasa (30/8).
Ahok mengibaratkan pilkada seperti memilih sebuah mobil. Ia mencontohkan mobil buatan Jerman jika dibandingkan dengan mobil buatan China, maka kualitas mobil buatan Jerman yang lebih baik.
“Sama juga kalau dalam pilkada, bapak dan ibu pilih yang terbaik bukan karena warna kulit, bukan karena agama, bukan karena soal keyakinan, itu yang lebih penting bagi saya,” sambung Ahok. “Silakan pilih cagub yang menurut bapak dan ibu terbaik.” Baca: Ansy Lema: "Isu SARA itu Politik Rendahan, Rivalitas Kandidat harus Kedepankan Adu Ide dan Kompetisi Gagasan"
Jangan SARA
Ketua KPUD DKI, Sumarno, berharap kandidat calon gubernur tidak memainkan isu SARA dalam pilkada. Ia khawatir warga bakal terpecah jika isu-isu negatif itu menjadi strategi kampanye untuk menyerang kandidat lain.
“Boleh boleh saja bermanuver. Hanya saja yang black campaign, saling serang dan sebagainya sebaiknya tak dilakukan karena hal itu sebagai pendidikan politik yang buruk,” kata Sumarno.
Sumarno menjelaskan batasan isu SARA yang dilarang adalah berkampanye menghina suku, agama, ras dan adat istiadat. “Batasannya sangat umum. Tak boleh menghina agama, suku, ras dan adat istiadat pihak lain,” jelasnya.
Terkait adanya ajakan pemuka agama yang dari kalangan gereja yang mengajak memilih gubernur incumbent Ahok karena seagama, ataupun ajakan ulama mengajak pemilih Islam agar memilih calon gubernur Islam, Sumarno menjawab hal itu tidak bisa dikategorikan sebagai isu SARA. “Tidak. Itu bukan termasuk SARA,” jawabnya singkat.
(guruh/indo)
“Bapak, Ibu, orang Jakarta tidak wajib memilih saya,” kata Ahok, saat menghadiri launching Gerakan Kewirausahaan Nasional oleh DPP Partai Golkar, di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Selasa (30/8).
Ahok mengibaratkan pilkada seperti memilih sebuah mobil. Ia mencontohkan mobil buatan Jerman jika dibandingkan dengan mobil buatan China, maka kualitas mobil buatan Jerman yang lebih baik.
“Sama juga kalau dalam pilkada, bapak dan ibu pilih yang terbaik bukan karena warna kulit, bukan karena agama, bukan karena soal keyakinan, itu yang lebih penting bagi saya,” sambung Ahok. “Silakan pilih cagub yang menurut bapak dan ibu terbaik.” Baca: Ansy Lema: "Isu SARA itu Politik Rendahan, Rivalitas Kandidat harus Kedepankan Adu Ide dan Kompetisi Gagasan"
Jangan SARA
Ketua KPUD DKI, Sumarno, berharap kandidat calon gubernur tidak memainkan isu SARA dalam pilkada. Ia khawatir warga bakal terpecah jika isu-isu negatif itu menjadi strategi kampanye untuk menyerang kandidat lain.
“Boleh boleh saja bermanuver. Hanya saja yang black campaign, saling serang dan sebagainya sebaiknya tak dilakukan karena hal itu sebagai pendidikan politik yang buruk,” kata Sumarno.
Sumarno menjelaskan batasan isu SARA yang dilarang adalah berkampanye menghina suku, agama, ras dan adat istiadat. “Batasannya sangat umum. Tak boleh menghina agama, suku, ras dan adat istiadat pihak lain,” jelasnya.
Terkait adanya ajakan pemuka agama yang dari kalangan gereja yang mengajak memilih gubernur incumbent Ahok karena seagama, ataupun ajakan ulama mengajak pemilih Islam agar memilih calon gubernur Islam, Sumarno menjawab hal itu tidak bisa dikategorikan sebagai isu SARA. “Tidak. Itu bukan termasuk SARA,” jawabnya singkat.
(guruh/indo)