Ketua Umum Benteng Merdeka Nusantara, Marlin Bato saat berorasi di taman pandang istana (monas) 2019.
JAKARTA - Pada hari Selasa tanggal 4 Agustus 2020, sebuah berita dirilis cendana news menyampaikan informasi melonjaknya harga ayam potong di pasar Alok Maumere, Kabupaten Sikka, Flores NTT hingga Rp. 100-120 ribu per ekor. Hal ini disebabkan oleh minimnya pasokan yang mengalami kelangkaan.
Seorang peternak yang merupakan mitra perusahaan besar mengaku tidak berani menanggung resiko akibat pandemi covid-19 yang menyebabkan permintaan pasar belum stabil.
Keluhan serupa juga datang dari seorang pengusaha kuliner. Dia mengaku mahalnya harga ayam potong membuatnya harus merubah menu lauk pauk dirumah makannya untuk sementara waktu.
Berbeda dengan di Sikka, sebelumnya para peternak ayam potong di Kabupaten Belu justru mendapat perlakuan tak adil dari perusahaan mitra mereka bekerja lantaran merasa dirugikan akibat kebijakan PT. Mitra Sinar Jaya yang dianggap diluar dari kesepakatan kontrak kerja kedua pihak. Sehingga mereka harus mengadu persoalan ini ke DPRD Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur pada Selasa (28/7/2020).
Salah satu kebijakan yang dibuat oleh PT. Mitra Sinar Jaya adalah adanya pihak ketiga sebagai pihak ekspedisi. Pihak ketiga yang dimaksud adalah CV. Febryan dan CV. Weras Karya.
Ketua Peternak Ayam Potong Kabupaten Belu, Frans Kali menguraikan bahwa sangat tidak masuk akal apabila hanya untuk mengirim Day Old Chicks (DOC) atau anak ayam dari Kupang Ke Kabupaten Belu bisa memakan biaya mencapai Rp 13 juta. Biaya ekspedisi tersebut dibebankan kepada para peternak.
Selain itu, biaya pengiriman pakan seberat 20 Ton atau satu kontainer dari Surabaya ke Atambua bisa mencapai Rp 36i juta. Padahal, biaya pengiriman melalui ekspedisi seberat 20 ton atau 1 Kontainer dari Surabaya ke Atambua hanya Rp 13.400.000.
Para peternak tersebut mengaku bahwa mereka sebelumnya pernah mengadakan pertemuan dengan pihak perusahaan guna membahas segala keresahan dan kerugian yang mereka alami. Pihak perusahaan pun hanya menjanjikan untuk menjawab keluhan para peternak ayam potong tersebut. Akan tetapi, hingga saat ini, pihak perusahaan sama sekali belum merealisasikan keluhan tersebut.
Karena itulah, langkah yang mereka ambil adalah mendatangi DPRD Belu. Mereka meminta para wakil rakyat dapat membantu mereka menyelesaikan semua persoalan yang mereka alami.
Tanggapan Ketua Umum Bentara
Menanggapi persoalan tersebut, Ketua Umum Benteng Merdeka Nusantara (Bentara), Marlin Bato kepada Trias Politika melalui siaran pers menilai persoalan kelangkaan pasokan ayam potong di Sikka dan kerugian yang menimpa peternak ayam di Belu bisa saja terjadi juga di kabupaten-kabupaten lainnya di NTT.
Oleh karenanya ia meminta agar perusahaan-perusahaan mitra peternak ayam potong di NTT untuk menyediakan pasokan yang cukup untuk mengatasi kelangkaan. Hal ini demi mendorong roda perekonomian kembai normal dan menjamin kestabilan harga ditengah pandemi covid-19.
Selain itu, dirinya juga berharap agar perusahaan-perusahaan mitra tersebut komitmen pada kesepakatan kontrak.
"Kami minta supaya perusahaan-perusahaan mitra peternak di NTT untuk komitmen terhadap kesepakatan dua pihak agar tidak merugikan nasib peternak-peternak kecil," ungkapnya, Jumat malam di Jakarta, (21/08/2020)
Kemudian lanjutnya, aktivis asal NTT ini berharap pihak ketiga, dalam hal ini CV. Febryan dan CV. Weras Karya yang tidak masuk dalam kesepakatan awal dua pihak yaitu PT. Mitra Sinar Jaya dengan peternak kecil harus ditinjau ulang.
"Dua CV itu harus ditinjau ulang karena sejak awal tidak ada dalam kesepakatan dengan PT Mitra Sinar Jaya bersama peternak kecil. Ini supaya tidak membenani ongkos produksi peternak kecil", pungkas Marlin.
Agar persoalan ini tidak berlarut, Marlin mendesak agar pemerintah kabupaten dan pemerintah Provinsi NTT segera melakukan mediasi antara PT. Mitra Sinar Jaya dengan peternak kecil.
"Kami mendesak pemerintah Kabupaten Sikka, Kabupaten Belu, serta Pemerintah Provinsi NTT untuk membantu mempertemukan para pihak dan menyelesaikan persoalan ini sesegera mungkin agar tidak terjadi ketimpangan yang berimbas kepada nasib peternak kecil dan daya beli masyarakat sebagai konsumen", tegas alumnus jebolan Universitas Bung Karno Jakarta tersebut.
0 Reviews:
Post a Comment