Suasana Festival makan papeda dalam gerabah yang digelar di Kampung Abar pada 30 September 2019. Foto: Antara
JAYAPURA - Warga Kampung Abar, Distrik Ebungfauw, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua akan mempertahankan dan melaksanakan festival makan papeda dalam gerabah.
Ketua Kelompok pengrajin gerabah Titian Hidup Kampung Abar, Distrik Ebungfauw, Kabupaten Jayapura Naftali Felle di Sentani, Minggu (7/6) mengatakan festival makan papeda dalam gerabah yang diselenggarakan tiap 30 September dalam setiap tahunnya akan tetap diselenggarakan pada tahun ni.
"Sebagai persiapan acara tersebut, mama-mama pengrajin sudah mulai membuat gerabah sebagai wadah untuk makan papeda," kata Naftali.
Selama ini, kata dia, dalam menyelenggarakan festival, pengrajin gerabah selalu didukung oleh masyarakat Abar secara swadaya, jadi kalau tidak ada bantuan dari pemerintah, masyarakat Abar sudah siap menyelenggarakannya.
"Gerabah bisa kami buat sendiri, bahan tanah liat banyak. Untuk membuat papeda, tinggal ambil sagu di hutan. Ulat sagu dan ikan sebagai lauknya tinggal ambil di Danau Sentani," ujarnya.
Menurut dia, stand tempat acara berlangsung, akan dibuat dari bahan-bahan alami, yang semuanya berasal dari pohon sagu. Atap dibuat dari daun sagu dan dinding dari pelepah sagu. Ulat sagu dan ikan sebagai lauknya, ulat sagu bisa diambil di hutan sagu, ikan masih banyak di Danau Sentani.
Natfali menjelaskan, untuk memasak papedanya akan digunakan briket arang yang terbuat dari ampas batang sagu yang sudah diambil patinya. Papeda dan gerabah sudah jadi identitas masyarakat Abar dan Sentani.
"Jadi kami akan tetap menyelenggarakan festival ini sebagai bentuk pelestarian budaya yang diwariskan oleh nenek moyang," katanya.
"Dalam pelaksanaan festival ini, kami juga akan mengikuti pedoman normal baru atau new normal yang telah diterbitkan oleh pemerintah," ujarnya, dilansir Antara.
Dalam festival ini, kata dia, akan diatur jarak antar pengunjung. Selain itu gerabah hasil karya mama-mama pengrajin akan ditampilkan di depan rumah masing-masing, tidak berkumpul dalam satu tempat.
Sementara itu, Hari Suroto, peneliti dari Balai Arkeologi Provinsi Papua mengatakan, berkaitan dengan new normal, agar para pengunjung festival tidak berkonsentrasi pada satu tempat, maka pengunjung akan dipandu melihat situs Kampung Tua Abar, di situs ini dulu nenek moyang masyarakat Abar, sebagai kampung pertama sebelum mereka pindah ke Kampung Abar saat ini.
Lanjut dia, situs Kampung Abar ditemukan pecahan-pecahan gerabah di permukaan tanahnya, jika dilihat bentuk gerabah dan motif hiasnya berbeda dengan yang dibuat oleh pengrajin gerabah Abar saat ini.
"Selain itu pengunjung juga akan dipandu untuk melihat-lihat hutan sagu yang berada di dekat Kampung Abar," tambah dia.
0 Reviews:
Post a Comment