Pasca Pengumuman Darurat Pandemi, Jumlah Penderita Corona di Jepang Tembus 5.000 Kasus
TOKYO – Jumlah total pasien terinfeksi virus corona (Covid-19) di Jepang mencapai setidaknya 5.002 kasus pada Kamis (9/4/2020) ini, menurut lembaga penyiaran publik NHK. Fakta itu tidak menunjukkan adanya tanda-tanda pelambatan laju wabah corona di negeri samurai, meski keadaan darurat telah diberlakukan sejak pekan ini di Kota Tokyo dan enam daerah lainnya.
Ini terjadi tatkala bank sentral Jepang memperingatkan pandemi Covid-19 telah menciptakan tingkat ketidakpastian sangat tinggi untuk negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia itu. Gubernur Bank Jepang, Haruhiko Kuroda mengatakan, penyebaran virus corona memiliki dampak parah pada ekonomi negara itu melalui penurunan ekspor, output (produksi), permintaan dari luar negeri, juga konsumsi swasta.
“Untuk saat ini, kami tidak akan ragu untuk mengambil langkah pelonggaran moneter tambahan jika diperlukan, dengan perhatian khusus pada perkembangan terkait wabah virus corona,” ujar Kuroda pada pertemuan triwulanan para manajer cabang regional Bank Jepang, Kamis (9/4/2020), dikutip Reuters.
Bank Jepang bahkan telah memangkas penilaian atau asumsi pertumbuhan ekonomi pada semua sembilan wilayah Jepang untuk pertama kalinya dalam 11 tahun. Bank sentral itu menyatakan, ekonomi di semua wilayah tersebut melemah atau di bawah tekanan ke bawah yang kuat.
“Situasinya sangat parah. Sentimen bisnis suram. Perusahaan-perusahaan yang berurusan dengan pariwisata dan konsumsi mengalami penurunan tajam dalam penjualan,” ungkap Manajer Cabang Bank Jepang cabang Osaka, Mr Yasuhiro Yamada.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada Selasa lalu mengumumkan secara resmi status darurat di Kota Tokyo dan enam kawasan lain negeri matahari terbit selama sebulan ke depan. Lewat keputusan itu, Abe memberi kewenangan kepada gubernur setempat untuk memaksa warga agar tetap di dalam rumah, di samping meminta penutupan tempat-tempat usaha selama status darurat.
Kabinet Abe juga akan meluncurkan paket stimulus ekonomi senilai 108 triliun yen (setara Rp16.351 triliun) atau setara dengan 20 persen dari PDB Jepang. Paket itu diharapakan mampu meredam dampak epidemi Covid-19 pada perekonomian di negeri sakura.
Sejak pengumuman status darurat dua hari lalu, kehidupan malam di beberapa kawasan bisnis dan urban di Tokyo seperti Shibuya, Akasaka, dan Ginza kini menjadi lengang. Akan tetapi, suasana di sejumlah tempat lain di Jepang yang tidak diberlakukan status darurat, pada Kamis ini masih tampak sesibuk biasanya.
Otoritas Jepang berharap dapat menahan wabah corona tanpa harus menerapkan karantina wilayah (lockdown). Mereka menilai kebijakan semacam itu dapat memberikan pukulan besar bagi ekonomi negeri matahari terbit itu.
Jumlah infeksi baru di negeri sakura naik setidaknya 29 kasus pada hari ini sehingga totalnya menjadi 5.002 kasus. Sementara jumlah kematian akibat Covid-19 di sana naik tipis 1 kasus, hingga kini menjadi 105 kasus, menurut laporan media Jepang.