Social Distancing, Cara Jitu Korsel Turunkan Angka Penderita Covid-19
SEOUL - Korea Selatan (Korsel) melaporkan jumlah kasus virus corona terendah sejak puncaknya pada 29 Februari lalu. Itu menunjukkan wabah virus corona di sana menunjukkan sinyal mereda.
Pusat Kontrol dan Pencegahan Korsel (KCDC) menyatakan terdapat 64 kasus baru kemarin dengan jumlah total mencapai 8.961. Jumlah korban meninggal dunia hanya satu orang dan menjadi 110 orang.
Jumlah kasus baru pada hari ke-12 penanganan virus corona menunjukkan penurunan drastis dibandingkan puncak kasus virus corona di Korsel terjadi pada 29 Februari dengan jumlah total orang yang terinfeksi menjadi 909 orang.
Meski demikian, para pejabat menyarankan para petugas kesehatan dan masyarakat untuk tetap siaga dengan kasus baru dan kasus impor, wabah kecil yang bisa saja berlanjut di rumah perawatan, rumah ibadah, dan tempat berkerumun.
“Kita tidak memberikan banyak makna mengenai jumlah tersebut, tetapi memang ada fluktuasi di tengah tren penurunan,” kata Direktur Jenderal Kebijakan Kesehatan Publik Kementerian Kesehatan Korsel, Yoon Tae-ho, dilansir Reuters. Menurut Yoon, prioritas petugas adalah mencegah infeksi kelompok sporadis dan kasus repatriasi.
Di Korsel sebanyak 13 kasus baru adalah wisatawan asing yang dinyatakan positif setelah pemeriksaan ketat di bandara dan pemberlakuan karantina selama dua pekan bagi orang yang menempuh perjalanan jarak jauh dari Eropa. Korsel mulai memberlakukan kebijakan jaga jarak secara intensif selama 15 hari pada Minggu (22/3/2020). Pemerintah Korsel berencana memasang 20 kotak berwujud seperti boks telepon umum di Bandara Incheon untuk meningkatkan proses pengujian bagi wisatawan dari Eropa.
Seoul juga membatasi berbagai acara yang berisiko tinggi seperti acara agama, olahraga, dan hiburan. “Tempat ibadah kini melaksanakan layanan online dan semua orang harus menjaga jarak saat pertemuan,” kata Yoon.
Kantor berita Yonhap melaporkan terdapat dua gelombang infeksi virus corona di Korsel, pertama yakni 20 Januari ketika kasus pertama dikonfirmasi, dan kedua adalah infeksi massal di kelompok keagamaan. Kini tetap ada kekhawatiran kasus impor yang bisa memicu gelombang ketiga.
Selain Korsel yang dipuji memiliki model tepat dan efisien, Hong Kong juga kerap dipuji dalam penanganan virus corona. Jumlah kasus pasien yang terinfeksi virus corona menunjukkan angka yang sedikit. Padahal, Hong Kong memiliki hubungan langsung dengan China daratan. Hanya, Hong Kong menerapkan pemetaan virus, jaga jarak, cuci tangan intensif, memakai masker, serta menggunakan baju pelindung. Segala langkah Hong Kong terbukti efektif karena kota berpenduduk 7,5 juta itu hanya memiliki 150 kasus.
Kendati demikian, Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam mengumumkan semua nonpenduduk dilarang masuk kawasan tersebut pada Rabu (besok).
“Sejauh ini Hong Kong mampu berlayar dengan selamat melalui dua gelombang epidemik,” ungkap Lam. Dia menjelaskan, gelombang pertama adalah penularan dari China daratan, dan gelombang kedua adalah penularan lokal.
Tantangan ke depannya, menurut Lam, adalah situasi global dan jumlah orang yang kembali ke Hong Kong. “Masyarakat bisa mulai rileks melihat apa yang terjadi pada awal Maret,” katanya.
Karena itu, Bandara Internasional Hong Kong juga tidak mengizinkan wisatawan melakukan transit melalui Hong Kong. Semua orang yang tiba di Hong Kong harus menjalai tes pemeriksaan kesehatan tanpa peduli dari mana negara asalnya.
Selain itu, para pegawai negeri sipil kemarin juga masih bekerja dari rumah. Banyak perusahaan swasta mengikuti langkah serupa. Banyak bar dan restoran ditutup, penjualan alkohol juga dibatasi.
Sementara itu, Eropa Selatan kini menjadi pusat pandemi. Sebanyak 651 kematian baru dilaporkan di Italia pada Minggu (22/3) dengan jumlah total mencapai 5.476 orang meninggal dunia. Sedangkan di Spanyol, jumlah korban meninggal dunia akibat virus korona mencapai 394 orang dari jumlah total mencapai 1.720 orang.
Kasus virus secara global tercatat setidaknya 337.000 dengan angka kematian melewati 14.500. Sekitar 98.000 orang yang terkena virus telah dinyatakan pulih. Secara global virus ini telah menginfeksi orang di lebih dari 160 negara. Angka kematian di negara-negara yang terkena wabah secara total telah melewati angka 14.500 orang. Angka kematian terbanyak ada di China, Italia, Iran, dan Spanyol.