Oleh: Ansy Lema, Anggota DPR RI terpilih 2019-2024 Dapil 2 NTT
Poros Maritim Dunia digagas dan dicanangkan Presiden Joko Widodo sebagai visi dasar, sekaligus arah dan orientasi kebijakan pembangunan Indonesia di era kepemimpinannya
Presiden Joko Widodo sadar, sebagai negara maritim besar, Indonesia belum sepenuhnya mampu mengoptimalkan potensi maritimnya
Selama ini, kebijakan nasional Indonesia selalu “memunggungi atau membelakangi lautan”
Melalui “Poros Maritim Dunia”, Presiden Joko Widodo memutar paradigma pembangunan dan berkomitmen menjadikan laut sebagai sumber hidup dan ruang hidup bagi kesejahteraan rakyat Indonesia
Bagi Presiden, masa depan Indonesia ada di laut. “Poros Maritim Dunia” adalah caranya membangun-memajukan Indonesia
Itu sebabnya, Presiden berambisi menjadikan Indonesia sebagai “Poros Maritim Dunia”
Ambisi itu bukan tanpa alasan sebab sebagian besar wilayah Indonesia adalah lautan dan memiliki posisi strategis secara politik, ekonomi, budaya, pertahanan-keamanan
Gagasan “Poros Maritim Dunia” juga didukung fakta bahwa Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah pulau 17.499 ribu, luas perairan 5,9 juta kilometer persegi dengan panjang garis pantai 81 ribu kilometer
Potensi itu menempatkan Indonesia sebagai negara dengan karunia sumber daya alam kelautan besar, termasuk kekayaan keanekaragaman hayati dan non-hayati
Laut memiliki arti sangat strategis, baik secara ekonomis, politis maupun pertahanan-keamanan bagi Indonesia
Presiden Joko Widodo juga sadar bahwa dewasa ini tengah terjadi transformasi besar abad ke-21 di level global, yakni bergesernya pusat gravitasi geo-ekonomi dan geo-politik dari Barat ke Asia Timur
Kini sekitar empat puluh persen perdagangan dunia ada di kawasan ini
Negara-negara Asia sedang bangkit dan Indonesia berada tepat di tengah-tengah proses perubahan strategis itu, baik secara geografis, geo-politik, geo-ekonomi
Untuk menjalankan konsep “Poros Maritim Dunia”, Indonesia tidak bisa sendiri. Indonesia butuh kerja sama dengan negara lain
Potensi kelautan tentu tidak bisa hanya digunakan untuk ekspor, tetapi harus memiliki prospek menuju industrialisasi kelautan
Industrialisasi kelautan harus ditopang infrastruktur publik yang mumpuni. Faktanya, infrastruktur kelautan Indonesia masih sangat minim
Pemerintah wajib mengerjakan proyek-proyek infrastruktur kelautan agar terkoneksi jalur antar-pulau
Maka, gagasan Presiden menbangun “Tol Laut” adalah upayanya untuk menghubungkan dan melancarkan mobilitas barang, jasa, manusia antar-pulau
ONE BELT ONE ROAD INITIATIVE
“One Belt One Road Innitiative” yang diinisiasi Presiden Tiongkok Xi Jinping dipandang sejalan dengan ide “Poros Maritim Dunia” Presiden Joko Widodo
Bagi Indonesia, konsep “Jalur Sutra Maritim Abad ke-21” Presiden Xi Jinping memiliki kesamaan visi dan orientasi dengan ide “Poros Maritim Dunia” Presiden Joko Widodo.
Apalagi, saat ini Tiongkok adalah kekuatan ekonomi terbesar kedua setelah Amerika Serikat, yang diperkirakan akan menjadi kekuatan terbesar menggeser Amerika Serikat di masa depan
Tiongkok adalah negara dengan perdagangan terbesar, sehingga memiliki relasi ekonomi yang baik dengannya adalah suatu keharusan
Dari sisi Indonesia yang tengah mengakselerasi pembangunan infrastruktur besar-besaran, termasuk infrastruktur maritim, berhubungan dengan Tiongkok yang unggul dalam pembangunan infrastruktur adalah positif
Maka, percepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia juga dipengaruhi oleh kualitas hubungannya dengan Tiongkok
Kemitraan Komprehensif Strategis (Strategic Comprehensive Partnership) Indonesia-Tiongkok sangat penting bagi kepentingan nasional kedua negara
Indonesia butuh Tiongkok, Tiongkok butuh Indonesia. Sinergi keduanya dalam Stretehic Comprehensive Partnership harus terus ditingkatkan kualitas dan cakupannya
Akhirnya, kesuksesan Indonesia menjalin hubungan internasional sangat tergantung pada bagaimana dinamika dan situasi politik domestik
Diplomasi internasional butuh kesatuan serta soliditas para pengambil kebijakan dan pelaku politik domestik dalam visi dan implementasi
Jika jagat politik domestik lebih sering berseberangan jalan, peluang-peluang internasional akan lepas dari genggaman kita
Kita kerap terlampau asyik bertikai secara internal, hingga lupa peluang di depan kita
Benar adagium hubungan internasional yang mengatakan, “Foreign policy begins when domestic politics end”
Terkait itu, Richard N Haass mengulasnya secara apik dengan judul, “Foreign policy begins at home”
Itu berarti, performa Indonesia dalam hubungan internasional sangat ditentukan oleh politik domestik
Jika “rumah tangga”bangsa kita bersatu-solid, diplomasi internasional akan efektif-konstruktif memainkan perannya dalam percaturan ekonomi-politik-pertahanan global
Hubungan internasional hanyalah alat untuk memerjuangkan kepentingan nasional negara