Ketika Ringgit Masih Mendominasi Rupiah di Sebatik Pulau Terluar Indonesia
INFILTRASI - Penggunaan mata uang dengan fungsi ganda di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara menjadi salah satu persoalan yang dijumpai di wilayah perbatasan Indonesia dengan Malaysia.
Masyarakat di Sebatik dalam transaksi jual beli sehari-hari, tidak hanya memakai mata uang rupiah namun juga ringgit Malaysia. Camat Sebatik Induk, Muklis mengatakan seharusnya mata uang rupiah harus menjadi nilai tukar satu-satunya masyarakat.
"Di Sebatik didominasi kegiatan tidak terlepas dari negara lain dalam hal ini Malaysia. Secara otomatis ada penggunaan mata uang berfungsi ganda. Rupiah tetap laku, ringgit juga laku. Penggunaan mata uang berada di Negara Kesatuan RI seharusnya menggunakan mata uang rupiah. Apalagi sudah dibuatkan regulasi yang ada , Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 yang mengharuskan WNI bertransaksi dengan mata uang sendiri bukan mata uang negara lain," kata Mukhlis kepada wartawan, Sabtu (17/11/2018).
Penggunaan mata uang rupiah merupakan salah satu bentuk kecintaan terhadap NKRI dan juga untuk menjaga agar perekonomian tetap terjaga dari fluktuasi. Masyarakat, kata Muklis akan memakai rupiah secara menyeluruh apabila pasokan barang terutama sembako tetap mencukupi sehingga tidak perlu membeli ke Negara Malaysia.
Namun seiring dengan tingginya perhatian pemerintah pusat, seharusnya masyarakat meninggalkan ringgit karena pasokan terus di datangkan dari berbagai daerah seperti Sulawesi Tengah , Surabaya. Apalagi pemerintah terus memaksimalkan tol laut sehingga pasokan lebih cepat didistribusikan.
"Mereka diharapkan bisa behenti secara alami dengan syarat bahan pokok dimaksimalkan, tidak ada lagi barang-barang di Malaysia disini. Kan tidak tiba-tiba masyarakat berhenti, harus perlahan-lahan. Kita mau ubah mindset. Jangan sampai distribusinya ada tetapi masih memakai mata uang negara lain".
"Sekarang sudah ada progresnya. Dulu produk semua dari Malaysia. Sekarang sudah di pasok oleh pemerinhah seperti gas elpiji 3 kg dan gas bright pink dan sudah beredar. Jangan pas sudah ada, masih memakai ringgit. Barang sudah ada, tinggal kita mau tidak," ujarnya.
Pemerintah terus mendorong dan mensosialisasikan mengenai pentingnya memakai mata uang rupiah.
"Selama ini kalau ada kegiatan kumpul-kumpul, seremonial, kami sampaikan ke masyarakat pentingnya memakai mata uang kita sendiri," tegasnya.
Berdasarkan pantauan awak media di Sei Nyamuk, Sebatik, toko-toko atau warung menerima pembayaran dengan memakai ringgit. Saat ini, 1 ringgit setara dengan Rp 3.700.
(sa/inf)