Sidang Parlemen Rusia
MOSKOW - Parlemen Rusia, Duma mengesahkan RUU mereaksi sanksi yang dilancarkan AS dan sekutunya. Tujuan Duma mengesahkan RUU tersebut sebagai bentuk balasan terhadap aksi konfrontatif Washington dan pihak lain yang menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Moskow.
Duma memberlakukan pembatasan terhadap masuknya warga AS ke Rusia. Selain itu, pemerintah Rusia juga memberikan izin kepada perusahaan negara ini yang masuk dalam daftar sanksi AS untuk bekerja sama dengan perusahaan asing yang aktif di sektor industri nuklir dan antariksa.
Keputusan Duma diambil tidak lama setelah para pejabat resmi Rusia mengeluarkan statemen keras mengenai sanksi baru yang dijatuhkan AS terhadap Moskow. Tapi AS baru-baru ini kembali menjatuhkan sanksi terhadap 38 individu dan perusahaan Rusia, termasuk 17 pejabat tinggi negara ini.
Gedung Putih menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia dengan dalih intervensi Moskow dalam pemilu presiden AS, krisis Ukraina dan dukungan terhadap Bashar Assad.
Sebagian analis berkeyakinan bahwa sanksi AS terhadap Rusia dipicu oleh ketidakmampuan Washington bersaing dengan Moskow dalam masalah persenjataan dan alutsista. Sanksi dilancarkan untuk menjegal kemajuan ekonomi dan persenjataan Rusia.
Masalah tersebut tidak hanya di atas meja, tapi juga terbukti di medan tempur. Rusia menunjukkan kemampuan alutsistanya dalam perang di Suriah. Ketika gagal bersaing dengan Moskow, AS menargetkan penghentian pabrik senjata dan alutsista Rusia. Kelemahan persenjataan AS ini menimbulkan kerugian besar bagi perusahaan dan lobi senjata negara ini.
Sebelumnya, Kremlin mengingatkan Gedung Putih bahwa sanksi baru terhadap Rusia akan memicu reaksi balasan. Tapi Washington tetap memaksakan diri menjatuhkan sanksi baru terhadap Moskow dengan menargetkan sejumlah perusahaan dan individu Rusia. Aksi balasan yang dilancarkan parlemen Rusia dilakukan dalam tiga tahapan, termasuk pengesahan dewan federasi dan penandatanganan oleh presiden Rusia.
Analis Rusia, Mikheyev mengatakan bahwa banyak kalangan di Timur Tengah yang meyakini Rusia sebagai satu-satunya kekuatan yang bisa menghadapi AS, dan mereka berharap saat ini Trump dengan keputusannya justru akan mendekatkan negara-negara Timur Tengah dengan Rusia.
Tampaknya, selain melancarkan aksi balasan di bidang politik terhadap AS yang juga dilakukan sebelumnya dengan mengusir diplomat AS dari negaranya, Rusia juga mengambil aksi ekonomi sebagai reaksi dalam kerangka aturan internasional.
Keputusan Rusia menghadapi sanksi AS yang jarang terjadi sebelumnya dilakukan negara lain terhadap Washington menunjukkan upaya Moskow untuk mengubah perimbangan kekuatan global yang sedang didominasi satu kutub.
(ph/in)