Pasukan Amerika Serikat
INDOPOST, WASHINGTON - Kementerian pertahanan AS, Pentagon mengumumkan biaya perang pasca peristiwa 11 September 2001 sebesar 1,5 triliun dolar.
Situs Defense One melaporkan, Berdasarkan laporan Pentagon, perang Afghanistan, Irak dan Suriah bagi AS menghabiskan dana sebesar 1,5 triliun dolar. Angka tersebut jauh di bawah kalkulasi para ekonom AS seperti Ivy League. Watson Institute yang berafiliasi dengan Universitas Brown pada September 2016 lalu menunjukkan bahwa biaya perang yang dihabiskan AS pasca peristiwa 11 September sebesar tiga triliun dolar. Bunga yang berkaitan dengan kredit jaminan finansial untuk perang hingga 2053 akan menembus angka sebesar 7,9 triliun dolar.
Donald Trump dalam kompetisi pilpres AS 2016 lalu mengkritik keras kinerja pemerintah AS, dan menyebutkan angka enam triliun dolar sebagai biaya perang negaranya di kawasan Asia barat.
Beberapa pekan menjelang dimulainya agresi militer AS terhadap Irak di tahun 2003, para pejabat AS mengklaim serangan militer tersebut hanya akan menghabiskan dana paling besar 300 miliar dolar. Dengan angka ini, AS membayangkan bisa menggulingkan rezim Saddam dan menjadikan Irak sebagai negara aman sekaligus sekutu dekatnya. Tapi separuh prediksi tersebut keliru besar. Memang rezim Saddam berhasil digulingkan, tapi sejak itu terjadi peristiwa lain, dan AS harus merogoh koceknya lebih dalam untuk membiayai perang baru di Irak.
Hingga kini, perang Irak merupakan perang paling besar biayanya dengan korban terbanyak yang disulut AS setelah perang Vietnam dan Afghanistan. Tidak hanya itu, AS juga terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam perang lain seperti di Suriah yang menghabiskan dana tidak kecil untuk membiayai alutsista dan persenjataannya serta mendukung kelompok teroris yang beroperasi di negara Arab itu.
Kini, setelah 16 tahun berlalu dari awal mula meletusnya perang yang diklaim AS sebagai perang anti terorisme, sebanyak 1,5 triliun dolar yang dirogoh dari uang para pembayar pajak AS dipergunakan untuk membiayai perang tersebut, dan faktanya, ancaman terorisme justru semakin meningkat tajam setelah peristiwa 11 September 2001. Selain itu, para pembayar pajak AS harus membiayai pengobatan tentara yang terluka dan cacat. Angka tersebut akan semakin membengkak di tahun-tahun mendatang. Tampaknya, jumlah tentara AS yang semakin besar di Afghanistan akan menyumbang semakin besarnya anggaran militer Pentagon.
(prs/indo)