Presiden Joko Widodo berjalan kaki menuju lokasi peringatan HUT ke-72 TNI di Cilegon
INDOPOST, JAKARTA – Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi menilai, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo bisa menggerus suara Prabowo Subianto apabila menjadi calon wakil presiden berpasangan dengan Joko Widodo pada Pemilu 2019.
“Yang paling potensial menggerogoti suara Pak Prabowo ya Gatot,” kata Burhanuddin dalam diskusi ‘Siapa Cawapres Jokowi?’ yang digelar relawan Pro Jokowi (Projo) di Kemang, Jakarta Selatan, Jumat (20/10/2017).
Burhanuddin menilai, Gatot memiliki basis pemilih yang seragam dengan Ketua Umum Partai Gerindra.
Manuver politik Gatot yang dilakukan selama beberapa waktu terakhir juga membuat elektabilitasnya semakin terangkat.
Berdasarkan survei terakhir indikator politik pada 17-24 September 2017, elektabilitas Gatot mencapai 10 persen.
Dari 16 nama yang disodorkan ke responden, Gatot hanya kalah dari mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja yang meraih 16 persen suara.
“Jangan-jangan Jokowi menikmati manuver Pak Gatot belakangan. Buktinya Pak Gatot tidak dipecat,” tambah dia.
Burhanuddin juga menilai, Jokowi dan Gatot bisa menjadi pasangan yang saling melengkapi. Keduanya merupakan kombinasi sipil militer.
Gatot juga dianggap sebagai sosok yang mewakili pemilih Islam, sementara Jokowi sosok yang lebih nasionalis.
“Meski saya pribadi mengkritik manuver politiknya yang terlalu liar, tapi ternyata itu semacam dog wisthle. Manuvernya menarik segmen pemilih baru untuk Pak Jokowi,” kata Burhan.
Dalam wawancara dengan Kompas, Jokowi enggan menjawab lugas soal siapa cawapres yang akan mendampinginya dalam Pilpres 2019.
“Kita masih menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai. Ini setiap Sabtu Minggu masih muter terus dengan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono) untuk meninjau proyek,” kata Jokowi.
Ketika ditanya kembali soal cawapres, Jokowi kembali menjawab “Kita masih fokus pada pekerjaan yang belum selesai soal infrastruktur.”
Adapun Gatot sebelumnya menegaskan bahwa tidak etis bagi dirinya untuk berambisi menjadi orang nomor satu di Indonesia.
“Saya sekarang Panglima TNI, kan begitu. Menurut saya, bermimpi jadi presiden tidak etis,” kata Gatot di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur (21/7/2017).
Menurut Gatot, TNI berada di bawah komando presiden dan wakilnya. Oleh karena itu, menjadi tidak tepat jika dirinya ikut serta berniat menjadi pemimpin saat masih aktif menjabat panglima TNI.
“Komandan saya itu (Presiden), pimpinan saya itu Presiden sama Wakil Presiden. (Kalau jadi presiden) kemudian saya juga akan melangkahi Wakil Presiden, kan tidak etis,” kata Gatot.