Menteri Luar Negeri AS, Rex Tillerson
INDOPOST, WASHINGTON - Rex Tillerson, orang pilihan Donald Trump
untuk menduduki pos Menteri Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan, saya
akan mengusulkan peninjauan ulang seratus persen atas kesepakatan
nuklir Iran. Stasiun televisi Alalam (11/1) melaporkan, Rex Tillerson, Rabu
(11/1) di hadapan Komisi Hubungan Luar Negeri Senat Amerika menjelaskan
program kerjanya.
Tillerson menyampaikan statemen bertentangan dengan kesepakatan nuklir Iran atau Rencana Aksi Bersama Komprehensif, JCPOA dan menegaskan bahwa Tehran tidak boleh diizinkan melakukan pengayaan uranium. Ia mengklaim, JCPOA tidak akan bisa mencegah Iran membeli bom atom.
Orang pilihan Donald Trump, Presiden terpilih Amerika, untuk menduduki posisi Menlu negara itu terkait program nuklir damai Iran menuturkan, program komprehensif JCPOA bisa menghentikan kemampuan Iran meraih senjata nuklir, namun tidak untuk selamanya.
Rex Tillerson menambahkan, berdasarkan JCPOA yang diinginkan pemerintahan baru Amerika, uranium terkayakan tidak boleh ada di Iran. Statemen Tillerson itu disampaikan padahal Iran sebagai salah satu korban senjata pemusnah massal, menuntut kawasan yang bersih dari senjata nuklir, sementara realitasnya, rezim Zionis Israel sampai saat ini masih memiliki ratusan hulu ledak nuklir.
Menurut laporan Badan Energi Atom Internasional, IAEA dan komisi bersama JCPOA, Iran, berbeda dengan Amerika, hingga kini menjalankan seluruh komitmennya terkait nuklir.
Pada hari Selasa digelar pertemuan komisi bersama JCPOA atas usulan Mohammad Javad Zarif, Menlu Iran untuk mengkaji pelanggaran JCPOA oleh Amerika dengan perpanjangan undang-undang ISA yang dihadiri oleh Deputi Menlu Iran dan negara-negara anggota Kelompok 5+1 di Wina.
Dalam pertemuan itu, perwakilan Iran menyampaikan penjelasan soal pelanggaran komitmen yang dilakukan Amerika dalam setahun terakhir, dan dengan menunjukkan beberapa dokuemn hukum, membuktikan bahwa perpanjangan undang-undang ISA melanggar komitmen JCPOA.
Perwakilan negara-negara anggota komisi bersama JCPOA dalam pertemuan itu dengan menekankan kekhawatiran Iran, mendesak langkah Amerika untuk mengkaji undang-undang ISA dan transparansi lengkap atas undang-undang itu, sehingga tidak ada satu keraguan pun yang tersisa bahwa ISA dapat mempengaruhi perdagangan dan kerja sama dengan Iran.
Donald Trump, Presiden terpilih Amerika selama kampanyenya menyebut JCPOA sebagai bencana dan kesepakatan terburuk di dunia. Ia berjanji jika terpilih menjadi presiden Amerika, di hari pertama kerja ia akan merobek kesepakatan JCPOA itu.
(hs/indo)