Aktivis anti diskriminasi menggelar aksi demo di kota Washington.
INDOPOST, WASHINGTON - Menjelang pelantikan Donald Trump sebagai
presiden Amerika Serikat, aktivis anti diskriminasi di negara ini
menggelar aksi demo di kota Washington.
Para
demonstran di aksinya seraya meneriakkan slogan “Kami tidak akan
mengosongkan lapangan” menekankan bahwa protes mereka terhadap presiden
Amerika akan terus berlanjut. Diprediksikan bahwa aksi demo anti Trump
akan terus berlanjut hingga 20 Januari, ketika penyerahan jabatan dari
Obama kepada presiden terpilih.
Biasanya presiden
Amerika selama berkuasa menuai beragam protes dan menghadapi berbagai
demonstrasi oleh kubu oposisi. Meski demikian, sepertinya Trump bahkan
sebelum menginjakkan kakinya di Gedung Putih sudah dihadapkan pada
kondisi ini. Trump yang menang bukan karena suara mayoritas rakyat dan
ia terpilih karena menang di suara elektoral membuat kondisi presiden
terpilih Amerika ini semakin sulit.
Di sisi lain,
statemen dan slogan Trump selama kampanye presiden menimbulkan
kekhawatiran luas di tengah masyarakat Amerika. Aktivis kemasyarakatan
dan pro kesetaraan etnis di Amerika sangat khawatir bahwa selama periode
Trump, sejumlah prestasi yang telah dicapai kelompok swadaya masyarakat
termasuk penekanan atas kesetaraan etnis akan terancam.
Trump dikenal
sebagai sosok anti asing di mata mayoritas warga Amerika. Bahkan Trump
tak segan-segan menyebut etnis Mexico sebagai penjahat. Dukungan nyata
kubu radikal dan rasis terhadap Trump selama beberapa bulan terakhir
kian menambah kekhawatiran ini. Di sisi lain, kabinet Trump dikenal
sebagai kabinet kulit putih dengan minim kaum hawa.
Di antara menteri
usulan Trump, hanya ada satu warga kulit hitam. Padahal di era George W
Bush, pos-pos penting seperti penasehat keamanan nasional atau
departemen luar negeri diserahkan kepada warga kulit hitam. Adapun di
periode Barack Obama, selain sosok presiden sendiri, untuk pertama
kalinya di sejarah Amerika, pos paling sensitif yakni kejaksaan agung
dipegang oleh kulit hitam. Sementara di kabinet Trump hanya Ben Carson,
sosok kulit hitam yang mendapat posisi dan itupun depertemen perumahan
dan pengembangan perkotaan yang posisinya tidak terlalu signifikan.
Protes anti Trump
selama beberapa hari terakhir tidak terbatas pada isu etnis. Sejumlah
buruh juga khawatir atas program pemerintahan Trump. Presiden terpilih
Amerika ini menentang kenaikan upah minimum buruh dan pajak orang-orang
kaya. Sementara mayoritas kursi di kabinet Trump diserahkan kepada
orang-orang kaya Wall Street, kelompok yang sebut-sebut satu persen oleh
aktivis keadilan sosial, namun sangat berpengaruh.
Serikat buruh di
Amerika menyatakan bahwa selama acara pelantikan Trump, mereka akan
menggelar demonstrasi anti presiden baru. Trump selain menghadapi
penentangan sejumlah kelompok masyarakat, saat ini terlibat gesekan
serius dengan elit politik dan intelijen Amerika terkait Rusia dan isu
keterlibatan negara ini di pemilu presiden Amerika November lalu.
Elit intelijen
Amerika merilis laporan anti Trump dan sejumlah anggota timnya. Laporan
ini menunjukkan hubungan yang tidak biasa dengan Rusia. Kongres yang
berada di bawah kontrol Republik menyatakan kesiapannya untuk
menyelidiki isu ini dengan melibatkan Demokrat.
Dari sejumlah
transformasi ini dapat diprediksikan bahwa Donald Trump akan memulai
masa kepresidenannya di tangah gejolak protes dan demonstrasi. Kondisi
ini bukan saja akan mempengaruhi kinerja pemerintah mendatang Amerika,
namun juga memunculkan keraguan serius atas kelayakan presiden mendatang
AS ini.
(mf/indo)