Pertemuan Kadiv Humas Mabes Polri dan Komunitas Persaudaraan NTT (Jumat, 16/12/2016)
INDOPOST, JAKARTA - Sejumlah Masyarakat Nusa Tenggara Timur yang tergabung dalam Komunitas Persaudaraan NTT di Jakarta mendatangi Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar di Gedung Humas Mabes Polri. Mereka mendesak Kepolisian Republik Indonesia (Polri) untuk mengusut tuntas aksi brutal Irwansyah (32) yang menikam tujuh bocah SD di Seba, Kabupaten Sabu Raijua.
Koordinator Komunitas Persaudaraan NTT, Servasius Sebaya Manek mengatakan peristiwa Sabu Raijua bukan kasus SARA (suku, agama, ras dan antar golongan) tetapi diduga ada sinyalemen bibit-bibit radikalisme di NTT. Karena itu, dirinya menyayangkan kesimpulan prematur yang dibuat Kepala Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Timur (Kapolda NTT) sekaligus mendesak Mabes Polri mengusut tuntas peristiwa tersebut.
"Pernyataan Kapolda dengan jajarannya disana itu prematur. Ini suatu koreksi sosial kepada Kapolda disana. Bahwa kalau memang butuh materi untuk bekerja, mengeksplorasi lebih tajam, lebih dalam itu kita sepakat. Tetapi kalau terlalu dini mengatakan bahwa pelaku stress, kami tentu tidak sepakat," tegas Servas dikutip awak The Indonesian Post, Jumat, (16/12/2016).
Sebelumnya, Kapolda NTT Brigjen Pol. Drs. E. Widiyo Sunaryo dalam surat terbukanya mengklaim bahwa peristiwa penikaman tujuh Pelajar SD Seba Sabu Raijua sebagai tindakan kriminal murni.
"Kasus tersebut murni tindak kriminal dan sama sekali tidak ada kaitan dengan SARA. Polri saat ini telah mengamankan 7 rekan tersangka sesama pedagang keliling untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut di Polda NTT.," ungkap Kapolda, Rabu, (14/12/2016)
Sebelumnya, Kapolda NTT Brigjen Pol. Drs. E. Widiyo Sunaryo dalam surat terbukanya mengklaim bahwa peristiwa penikaman tujuh Pelajar SD Seba Sabu Raijua sebagai tindakan kriminal murni.
"Kasus tersebut murni tindak kriminal dan sama sekali tidak ada kaitan dengan SARA. Polri saat ini telah mengamankan 7 rekan tersangka sesama pedagang keliling untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut di Polda NTT.," ungkap Kapolda, Rabu, (14/12/2016)
Menyikapi peristiwa tersebut, Irjen Pol Boy Rafli Amar menyesalkan aksi main hakim sendiri yang dilakukan oleh warga setempat. Kendati demikian, ia berharap semua informasi yang diterima Polri benar dan bisa memberikan titik terang dari pengusutan aksi penganiayaan tersebut.
Ia mengimbau agar warga NTT tidak terprovokasi oleh segala macam isu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Masyarakat diminta berdialog dengan para tokoh jika ada hal-hal yang dicurigai.
"Jangan sampai ada benih radikal dan terorisme. Waspadai, terutama para tokoh bisa bersatu bahas apa masalah yang ada, identifikasi cermat kalau ada gejala enggak beres, langkah penyelesaian dengan pemuka agama, pemda, untuk melakukan langkah antisipatif," pungkas Boy.
(mb/indo)
