# Group 1 User-agent: Googlebot Disallow: /nogooglebot/ # Group 2 User-agent: * Allow: / Sitemap: https://www.infiltrasi.com/sitemap.xml
Latest News
Monday, October 17, 2016

Bung Ara: Politik Itu Suci, Politik Itu Persaudaraan Kebangsaan

Ahok dan Maruarar Sirait dalam acara Ultah Pendiri PDIP Sabam Sirait


Penulis: Birgaldo Sinaga


Hari Sabtu, 15 Oktober 2016, di Balai Kartini, Sabam Sirait, salah seorang pendiri PDI Perjuangan merayakan ulang tahunnya yang ke 80 tahun. Sabam Sirait dikenal publik sebagai sosok politisi senior yang memiliki karakter kuat dan jago dalam diplomasi. Tidak heran banyak politisi muda menjadikan Sabam Sirait menjadi teladan hidup.

Sabam Sirait menjadi teladan hidup bagaimana berperilaku, berkarakter baik sebagai politisi ditengah tengah pragmatisme politisi yang menggejala sekarang ini. Bagaimana cara seorang politisi berlayar di tengah kerasnya gelombang samudera perpolitikan nasional yang bergerak macam roller coaster. Antara kesetiaan dan pragmatisme. Saya bertemu dengan Bang Sabam, (kami memanggilnya Abang) terakhir kali pada pertengahan Agustus 2014. Dua tahun lalu. Saat itu Bara JP mengundang Bang Sabam sebagai pembicara dalam diskusi kepemimpinan Nasional pasca kemenangan Jokowi menjadi Presiden RI ke 7.

Di usianya yang semakin sepuh semangat Bang Sabam membagi pengalaman dan pengetahuan masih menggebu gebu. Buku terbarunya berjudul Politik Itu Suci menjadi hadiah buat kami yang beruntung. Buku yang sejatinya menjadi buku pegangan wajib bagi orang yang ingin memilih jalan hidup sebagai seorang politisi.

Bagi Bang Sabam, politik itu suci. Ia meyakini kerja di ladang politik adalah kerja mulia. Kerja suci. Politik adalah gagasan suci tentang pengelolaan tatanan peradaban sebuah bangsa. Sabam Sirait melihat bahwa politik itu semestinya suci. Baginya politik adalah menjalankan amanat rakyat dan menggali kepercayaan dari rakyat. Sebagai sebuah mandat, jelas mereka yang mengembannya dipanggil dalam sebuah tugas mulia suci. 

Di sana ada pengaturan kebijakan dan hukum yang akan berdampak pada kehidupan dan perjalanan masa depan bangsa. Jika kebijakannya menyimpang maka menyimpanglah perjalanan bangsa itu. Jika undang undangnya keliru, maka kelirulah tatanan masyarakat bangsa itu. Para politisi mengatur setiap detak naik turun ekonomi, sosial, keamanan ketertiban, budaya sebuah bangsa. Begitu besar peran dan tanggung jawab politisi. Tanggung jawab memikirkan nasib setiap anak bangsa agar mendapat jaminan masa depan. 

Setiap pikiran seorang politisi sejatinya memikirkan nasib bangsa dan negara. Itulah maksud Bang Sabam mengapa menyebut politik itu suci. Setiap profesi yang memikirkan orang banyak adalah profesi mulia, profesi suci.
Pikiran, nafas, jiwa dan roh bagaimana dunia politik itu menjadi ladang pengabdian Bang Sabam mengalir ke dalam darah dagingnya sendiri, Maruarar Sirait. Anak kandung Bang Sabam Sirait. Bung Ara politisi muda cemerlang PDI Perjuangan bak duplikat utuh lengkap seorang Sabam Sirait. Publik nasional mengenal dengan baik sosok Maruarar Sirait sebagai politisi muda cerdas dan berkarakter kuat. Ia teguh memegang prinsip dalam memperjuangkan apa yang diyakininya meski kadang harus melewati dua karang terjal.

Tentu publik masih ingat bagaimana Ara dengan tenang dan tersenyum berjalan saat diantar Presiden Jokowi keluar gerbang istana. Sobatnya Presiden Jokowi mengantar Ara selepas namanya terlempar dari posisi Menteri Kominfo yang sudah sempat diumumkan media sebagai calon menteri yang akan dilantik. Ara adalah pendukung utama Jokowi masa pilpres lalu. Ara menerima keputusan itu dengan legowo. Ia tahu kepentingan bangsa lebih utama dari hasrat manusiawi pribadinya. Ia menerimanya dengan lapang dada.

Politik itu suci menjadi filosofi dasar anak kandung Sabam Sirait ini. Dalam lintasan pengabdian pada bangsa, Ara yang terlempar dari pengurus DPP PDI Perjuangan tetap berdiri teguh menghormati Bu Mega. Ia menerimanya dengan ikhlas. Jika kamu hendak menjadi pemimpin, maka kamu harus bersedia dipimpin. Itu prinsip Ara. Baginya dimanapun ia berada ideologi kebangsaan adalah roh yang terus membikin dirinya tetap hidup memikul kepentingan rakyat. Ara tidak mengeluh atas karir masa depan politiknya yang terhenti sejenak. 

Ara tidak melihat langkahnya yang terhenti itu sebuah langkah kematian akan masa depan politiknya. Baginya kematian politik adalah ketika mulutnya terkunci tidak bisa menyuarakan suara kebaikan lagi. Selagi Ara masih mampu menyuarakan suara kebaikan sebagai jiwa dari politik itu suci, Ara tetap berjalan dengan tenang. Tidak heran dalam acara syukuran Ultah ayahandanya kemarin, Ara benar benar mendapat respek dari semua orang yang hadir. 

Dalam satu kesempatan beberapa waktu lalu, Ara terlihat merangkul hangat Gubernur Ahok dan Agus Yudhoyono yang sedang berkompetisi. Ahok dan Agus berdiri diapit oleh Ara. Ara merangkul kedua cagub ini dalam semangat persaudaraan kebangsaan.

Spirit atau semangat persaudaraan berbakti bagi negeri mengalir tulus dalam pembawaan Ara. Publik tahu Ara adalah pendukung utama Ahok. Ara konsisten dengan pilihannya. Agus tahu itu. Agus yang sedang belajar berpolitik menghormati Ara meski mereka berbeda haluan politik. Ahok dan Agus menghormati Ara. Ara menghormati Ahok dan Agus. Bagi Ara hanya nilai nilai baik yang tampak dari kegigihan Ahok dan Agus dalam berkompetisi merebut kepercayaan rakyat. Itulah nilai yang tampak dari Ara sebagai anak kandung Sabam Sirait yang mengajarkan bahwa politik itu suci.

Selamat Ultah Opung Sabam Sirait
Selamat berjuang Bung Ara dalam menyuarakan kebaikan... Tuhan memberkati
Salam perjuangan


(mb/indo)
  • Facebook Comments
Item Reviewed: Bung Ara: Politik Itu Suci, Politik Itu Persaudaraan Kebangsaan Rating: 5 Reviewed By: Infiltrasi