Inggris memilih hengkang dari Uni Eropa alias Brexit dalam referendum bersejarah. | (Reuters)
LONDON - Efek dahsyat kemenangan
pro-Brexit dalam referendum bersejarah di Inggris hari ini tidak hanya
mengancam ekonomi Inggris. Britania Raya juga terancam pecah setelah
mayoritas rakyat Inggris memilih keluar dari Uni Eropa.
Skotlandia yang menjadi bagian dari Britania Raya menyuarakan “kemerdekaan” baru setelah sekian lama jadi bagian dari Britania Raya bersama Inggris. Berbeda dengan Inggris, Skotlandia akan tetap bertahan di Uni Eropa.
Hal itu disampaikan Menteri Pertama Skotlandia, Nicola Sturgeon. Menurutnya, suara kemerdekaan Skotlandia sudah “di atas meja”.
”Skotlandia melihat masa depannya sebagai bagian dari Uni Eropa,” kata Sturgeon kepada Sky News setelah pemungutan suara referendum Brexit di Inggris, Jumat (24/6/2016).
Irlandia Utara, yang juga bagian dari Britania Raya, kini dihadapkan dengan prospek hambatan bea cukai untuk perdagangan dengan Uni Eropa. Namun, Irlandia Utara belum bersikap apakah akan pisah dari Britania Raya atau tidak setelah Inggris memilih hengkang dari Uni Eropa.
Wales yang juga bagian dari Britania Raya juga belum bersikap.
Menteri Luar Negeri Jerman, Frank-Walter Steinmeier, sebelumnya memperingatkan adanya disintegrasi di tubuh Uni Eropa. Peringatan itu terbukti dengan pilihan Inggris untuk keluar dari keanggotaan Uni Eropa.
Para analis juga telah memperingatkan hal serupa. ”Negara-negara kecil yang secara ekonomi makmur seperti Inggris adalah yang utama berisiko, Denmark dan juga Swedia juga berpotensi,” kata Carsten Nickels dari kelompok analis Teneo di Brussels.
Skotlandia yang menjadi bagian dari Britania Raya menyuarakan “kemerdekaan” baru setelah sekian lama jadi bagian dari Britania Raya bersama Inggris. Berbeda dengan Inggris, Skotlandia akan tetap bertahan di Uni Eropa.
Hal itu disampaikan Menteri Pertama Skotlandia, Nicola Sturgeon. Menurutnya, suara kemerdekaan Skotlandia sudah “di atas meja”.
”Skotlandia melihat masa depannya sebagai bagian dari Uni Eropa,” kata Sturgeon kepada Sky News setelah pemungutan suara referendum Brexit di Inggris, Jumat (24/6/2016).
Irlandia Utara, yang juga bagian dari Britania Raya, kini dihadapkan dengan prospek hambatan bea cukai untuk perdagangan dengan Uni Eropa. Namun, Irlandia Utara belum bersikap apakah akan pisah dari Britania Raya atau tidak setelah Inggris memilih hengkang dari Uni Eropa.
Wales yang juga bagian dari Britania Raya juga belum bersikap.
Menteri Luar Negeri Jerman, Frank-Walter Steinmeier, sebelumnya memperingatkan adanya disintegrasi di tubuh Uni Eropa. Peringatan itu terbukti dengan pilihan Inggris untuk keluar dari keanggotaan Uni Eropa.
Para analis juga telah memperingatkan hal serupa. ”Negara-negara kecil yang secara ekonomi makmur seperti Inggris adalah yang utama berisiko, Denmark dan juga Swedia juga berpotensi,” kata Carsten Nickels dari kelompok analis Teneo di Brussels.
(mas)
